Suamiku, dengan segala kekurangannya, aku bersyukur. Ya, sangat bersyukur. Ia tak dilahirkan dari keluarga da'i, namun kini ia ada dalam jamaah ini. Bukankah itu sebuah prestasi?
Jika
ku tilik kembali, wajar bila anak seorang da'i berada dalam barisan ini. Itu
hal yang sangat biasa. Namun, kalau tidak? Allah tak memberikan hidayah ke
sembarang orang. Hanya kepada orang-orang terpilih.
Itu
jelas nilai plus buatnya. Ia, suamiku, pandai memilih lingkungan yang tepat.
Lingkungan orang-orang sholih, insyaAllah.
Sedangkan
aku, notabene bukan murni dari keluarga muslim. Ibundaku seorang muallaf (alhamdulillah..) dan salah
satu eyangku seorang Nasrani. Aku bersyukur bahwa Allah memilihkan jamaah ini untukku,
aku yang penuh alpha ini.
Suamiku,
seorang sabar yang luar biasa. Akhlaqnya sangat mempesonaku, tentu saja dalam
batasan syar'i. Segala kesalahan-kesalahan masa lalu, ia komitmen untuk
perbaiki. Begitu pula denganku. Kami saling mengerti dan menerima, selama
masing-masing dari kami tahu, bisa berhikmah dari masa lalu dan tak
mengulangnya. Toh, kami bersama hidup untuk masa depan, bukan masa lalu. Masa
lalu tak terlepas dari kami, dalam hal membelajarkan, tentu saja.
Rabb,
izinkan kami memetakan kehidupan kami. Tetap saja penghapusnya ku percayakan
pada Engkau, karena Engkau tahu yang terbaik buat kami.
Allah
Maha Adil, kami dipertemukan dalam kondisi yang baik, tepat dan barokah,
insyaAllah.
Walhamdulillah
wa laa ilahailallah wallahuakbar :)
Mawar Ramadhan
Akhir tahun 2012
Akhir tahun 2012








