Kamis, 31 Oktober 2013

Jembatan Kita


Jangan pernah memikirkan orang yang tak memikirkanmu. Masih ada orangtua, kakak, adik, simbah, eyang, pakde, bude, keponakan, sepupu yang perlu kau pikirkan.
Sebenarnya sedih mengingat peristiwa-peristiwa yang tlah kualami selama 3 tahun terakhir ini.
ah tidak tidak..!
Ini proses yang mendewasakanku. Allah yang pilihkan jalan ini untukku.
Aku harus kuat, aku harus tersenyum, karena Allah tlah janjikan pahala berlipat, bukan?

Masih banyak yang harus ku syukuri daripada mengeluhkan hal yang sangat tak pantas bagiku.
Embak Mafi selalu dan selalu bisa meluluhkan hatiku saat sedang mengeras.
ah iya, aku masih punya Embak Mafi, Mas Iswara, Salma, Zahra, dan tentu keluarga besar lainnya.
Benar, aku tak boleh bermuram, sangat tak pantas. Allah takkan mengambil sesuatu dari kita melainkan akan menggantinya dengan yang lebih baik. Yang terbaik. Iya?

Ya, aku harus melanjutkan hidupku. Mengapa aku harus bersedih berlama-lama?
Ah ya, lagi, kalau kau memikirkan orang yang tak lagi memikirkanmu, itu namanya sia-sia.

Tapi, tapi, aku pernah bilang ini ketulusan. Iya benar, ketulusan tak menuntut apa-apa, termasuk keberadaannya di sampingmu selalu, Maw.
Izinkan dia bahagia, minimal sedikit ketulusanmu berperan dalam kebahagiaannya, dengan cara tak menghalangi proses baiknya.

Baiklah, saya akan pertahankan ketulusan, bukan ego.
Syemangaaaaaaat ˆ⌣ˆ


Saat jenuh sulit diakhiri, ketika kaki seperti tak mampu tuk berdiri, jika semua penolong seakan lari, saat tiada teman tuk berbagi, ingat, hanya Allah yang tak pernah biarkan kita melangkah sendiri.
Faidza 'azzamta fa tawakkal 'alallah - jika kita sudah berusaha, maka bertawakallah kpd Alah -

Minggu, 27 Oktober 2013

Inspiring Ummahat

Jujur, pengalaman ini jleb-jleb buatku. Sini deh mendekat, kuceritain :D
Sebenarnya ini masalah agak amniyah, jadi biar ga vulgar banget, aku arahkan ke sesuatu yang ambigu saja ya, ihihi.

Gini, suatu hari aku silaturahim ke tempat seorang ummahat karena ada urusan penting banget (buatku). Pas aku dateng, ya ada beliau dengan dedek bayinya usia 4 bulan yang lagi main-main. Sembari membuatkan aku minum, ummahat ini ngobrol ngalor ngidul sama aku. Aku pun sampaikan maksud kehadiranku dan akhirnya diskusi panjang pun terbentuk. Sambil aku main sama debay super endut, aku tanggapi setiap nasehat dari ummahat tersebut. Nah, pas lagi asik-asiknya ngobrol dengan gaya bebasku, tetiba suami ummahat itu pulang. Omo, dengan sigap aku "membenarkan" posisi dudukku, rapihin sana rapihin sini. Uhu, siyap dalam waktu singkat :D

Masuklah itu Pak Suami, ucap salam, lalu bertanya 

"Siapa tamunya Bunda?" 

"Mawar" 

"Oh, Mawar berduri to"

Percakapan beliau berdua hanya kujawab dengan senyuman. 

Beberapa saat kemudian, percakapan kembali terjadi di antara mereka.

"Mau makan apa, Yah?"

Aku dengan pedenya nimbrung aja, "Kok gitu sih nanyanya, Mba? Harusnya langsung disuruh makan aja".

Pak Suami langsung menimpaliku, "Kalau nanyanya gitu, namanya istrinya ga ngasih pilihan, tapi memaksakan".

Waha! Aku tertohok dalam sekaliii, pemirsaaa. Dalam sekejap aku langsung tersadar, bahwa ternyata benar, ucapan sesederhana apapun akan bisa dimaknai beda, apalagi dalam hubungan suami istri. 

"Ah, iya benar. Ternyata begitu ya, Pak. Istri harus pandai memberi alternatif, jangan hanya mau gampangnya aja. Hihi"

Aku malu bukan main. Kalimat sederhana dari pasangan ini membuatku tersadar sangat dalam. Aku akan bersiaaap, jadi istri sholihah. Doakan aku ya, Kawan-kawan shoilihin sholihat :') 

Udah segitu aja ceritanya.