Jumat, 01 Agustus 2014

SYIAH nggak bisa di-kawan-in

Beberapa waktu lalu, di grup yang saya ikuti sedang ramai membincang tentang Dr. Jose Rizal MER-C keterkaitannya dengan Syiah. Saya floor-kan sepenuhnya saja di sini, daripada menimbulkan kesalahpahaman dalam menangkap maksud yang ingin saya sampaikan. 

Pada waktu itu, di grup A ada seorang kawan nge-share tentang keterkaitan Dr. Jose Rizal dengan Syiah, berikut bukti-bukti yang menguatkannya. Kemudian, di grup B, saya mendapatkan artikel yang serupa, namun isinya memihak kebaikan-kebaikan Dr. Jose Rizal. 

Nah, di sini perang pemikiran terjadi. Saya mencoba menelaah mana yang rekayasa dan mana yang realita. Tentu saja saya butuh bantuan dari orang yang lebih paham, dan tentu saja lebih bijak. Saya ajaklah Mba Mafi berdiskusi tentang kasus ini.

Diskusi kami panjang lebar, tapi saya cuplikkan intinya ya, supaya tidak bertele-tele.

"Syiah itu nggak bisa di kawan-in, karena pergerakannya memang halus sekali. Bukan bermaksud apa-apa ya, hanya untuk menjaga diri, terutama bagi kita orang yang tergolong awam. Karena pergerakan yang halus sekali itu tadi, mereka masuknya melalui pluralisme, toleransi, kemanusiaan. Satu hal lagi, dalam Syiah terdapat istilah Taqiyah yang artinya menyembunyikan identitas. Nah, di sini kita harus sadar dan berhati-hati. Syiah itu BUKAN ISLAM! Jika belum paham juga, carilah buku yang berjudul Awas Bahaya Penyimpangan Syiah, terbitan dari MUI. Buku ini tidak terjual bebas, kalau mau ya pesan. InshaaAllah di buku itu menjelaskan semuanya. Ingat, Syiah halus sekali, jadi kita harus selalu waspada. Apalagi, perang yang terjadi di Indonesia tidak sama dengan di Gaza yang menggunakan fisik. Indonesia adalah sasaran empuk bagi Ghawzul Fikr. Jadi, walaupun kita wanita, ah bukan walaupun, karena kita wanita yang akan melahirkan pejuang-pejuang dari rahim kita, maka kudu cerdas. Itu syarat wajib!"

Inti tersebut yang saya tangkap dari hasil diskusi kami. Semoga mencerahkan. Berislamlah secara kaffah, wahai Muslimah...

Di awal tulisan saya menyebut sebuah nama, itu sungguh tersebab saya dan Mba berdiskusi tentang ini, supaya jelas alur dan sebab adanya pembahasan ini, tidak ada maksud lain. Benar atau tidaknya, inilah Ghawzul Fikr, kita harus damai tanpa mengesampingkan WASPADA!

Wallahu'alam bisshawab.