Jumat, 05 Februari 2021

Menghargai KEJUJURAN Menghargai PILIHAN

Bismillah, sudah lama tak bersua di mari. Saya pengen cerita sedikit tentang pengasuhan anak. Punya dua anak dengan dua karakter berbeda, membuat kami sebagai orangtua harus senantiasa belajar, belajar dan belajar. Dari cara lahir saja sudah berbeda, dimana si mas lahirnya tidak semulus pas adeknya lahir. Perawatan semasa bayi juga berbeda, si mas ini onderdil tubuhnya alhamdulillah termasuk wantek, sedang si adek agak sedikit sensitif. 

Semakin bertumbuhnya mereka, karakter bawaan juga sudah mulai terlihat. Si mas ini muka bapak watak emak, sedang adek adalah muka emak sifat bapak. MasyaAllah seruuu banget hihi Sewaktu mas kecil, sungguh saya merasa anaknya bisa cepat menangkap suatu pembelajaran baru, jadi saya tidak terlalu mengelus dada ketika mengasuh dalam keseharian. Anaknya cepat nangkap, cepat tanggap, dan kegiatannya runtut disiplin. 

Tantangan pengasuhan kembali muncul ketika anak kedua lahir. Adek ini tipe 'nyelelek' kayak bapaknya. Jadi ketika diajarkan hal baru itu sebetulnya dia paham, tapi lebih memilih 'menggoda' dulu dengan menampilkan 'ketidakbisaan' dia. Sabar ya Mak, dia sengaja wakakaw.. jadi si mamak ini lebih mudah tersulut emosinya. Kata batin yang sering muncul adalah 'ih begitu aja kok ga bisa, padahal si mas dulu langsung bisa..' yang emak paham bahwa tidak boleh tuh membandingkan anak, hahahaha, kembali deh emak instrospeksi lagi. Yhaaa, kan udah dapat materi juga bahwa kurikulum tiap anak itu berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing mereka. Ready, gasss! 

Kini, muncul tantangan baru adalah ketika si mas dan adek sudah memiliki kekuatan masing-masing untuk 'adu jotos' haha. Ya emosi mamak masih sering sih. Si bapak turun tangan ngajak mamak syuro, tentang fokus kita adalah menghargai kejujuran. Ketika ada adu jotos, di perjelas dahulu, ajak anak-anak berdialog dengan mengesampingkan emosi, dan pancing mereka untuk bercerita secara jujur. Jika ada sebuah pengakuan, si emak biasanya ga jadi emosi karena sudah sepakat bahwa fokusnya adalah menghargai kejujuran, jadi jujur itu lebih prioritas dari sebuah perkelahian wajar ala anak-anak. 

Kemudian, tantangan kedua adalah ketika anak memiliki pilihan berbeda dengan orantuanya. Misalkan orangtua ngajak diskusi anak tentang apa yang akan kita lakukan bersama ketika weekend. Orangtua ada mengusulkan keluar piknik tipis-tipis ke tempat sepi, sedangkan anak punya pilihan sendiri dirumah aja main kartu atau uno. Reflek orangtua disini diuji banget guys. Seriusan deh. Haha, kami mencoba untuk tetap stay cool dengan pilihan anak-anak. Misal nih mulut emak sudah mulai mangap mau ngomel, terus sadar memilih diam dulu sambil mikir mau merespon gimana ke anak. Ya, kembali lagi mengajak dialog, dengan sabar ya mak wwkkk.

Begitulah sekelumit uneg-uneg emak di pagi ini. See you~