Bismillah, sudah lama tak bersua di mari. Saya pengen cerita sedikit tentang
pengasuhan anak. Punya dua anak dengan dua karakter berbeda, membuat kami
sebagai orangtua harus senantiasa belajar, belajar dan belajar. Dari cara lahir
saja sudah berbeda, dimana si mas lahirnya tidak semulus pas adeknya lahir.
Perawatan semasa bayi juga berbeda, si mas ini onderdil tubuhnya alhamdulillah
termasuk wantek, sedang si adek agak sedikit sensitif.
Semakin bertumbuhnya
mereka, karakter bawaan juga sudah mulai terlihat. Si mas ini muka bapak watak
emak, sedang adek adalah muka emak sifat bapak. MasyaAllah seruuu banget hihi
Sewaktu mas kecil, sungguh saya merasa anaknya bisa cepat menangkap suatu
pembelajaran baru, jadi saya tidak terlalu mengelus dada ketika mengasuh dalam
keseharian. Anaknya cepat nangkap, cepat tanggap, dan kegiatannya runtut
disiplin.
Tantangan pengasuhan kembali muncul ketika anak kedua lahir. Adek ini tipe
'nyelelek' kayak bapaknya. Jadi ketika diajarkan hal baru itu sebetulnya dia
paham, tapi lebih memilih 'menggoda' dulu dengan menampilkan 'ketidakbisaan'
dia. Sabar ya Mak, dia sengaja wakakaw.. jadi si mamak ini lebih mudah tersulut
emosinya. Kata batin yang sering muncul adalah 'ih begitu aja kok ga bisa, padahal si mas dulu langsung bisa..'
yang emak paham bahwa tidak boleh tuh membandingkan anak, hahahaha, kembali deh
emak instrospeksi lagi. Yhaaa, kan udah dapat materi juga bahwa kurikulum tiap
anak itu berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing mereka. Ready,
gasss!
Kini, muncul tantangan baru adalah ketika si mas dan adek sudah memiliki
kekuatan masing-masing untuk 'adu jotos' haha. Ya emosi mamak masih sering sih.
Si bapak turun tangan ngajak mamak syuro, tentang fokus kita adalah menghargai
kejujuran. Ketika ada adu jotos, di perjelas dahulu, ajak anak-anak berdialog
dengan mengesampingkan emosi, dan pancing mereka untuk bercerita secara jujur.
Jika ada sebuah pengakuan, si emak biasanya ga jadi emosi karena sudah sepakat
bahwa fokusnya adalah menghargai kejujuran, jadi jujur itu lebih prioritas dari
sebuah perkelahian wajar ala anak-anak.
Kemudian, tantangan kedua adalah ketika
anak memiliki pilihan berbeda dengan orantuanya. Misalkan orangtua ngajak diskusi anak tentang apa
yang akan kita lakukan bersama ketika weekend. Orangtua ada mengusulkan keluar
piknik tipis-tipis ke tempat sepi, sedangkan anak punya pilihan sendiri dirumah
aja main kartu atau uno. Reflek orangtua disini diuji banget guys. Seriusan deh.
Haha, kami mencoba untuk tetap stay cool dengan pilihan anak-anak. Misal nih
mulut emak sudah mulai mangap mau ngomel, terus sadar memilih diam dulu sambil
mikir mau merespon gimana ke anak. Ya, kembali lagi mengajak dialog, dengan
sabar ya mak wwkkk.
Begitulah sekelumit uneg-uneg emak di pagi ini. See you~