Alhamdulillah, sudah sampai lagi pada masanya, anandaku harus rela ‘melepaskan ketergantungan’ pada Ummi. Sewaktu Mas disapih, ada tulisan Ummi. Sekarang pun Ummi usahakan nulis juga, di sela-sela kesibukan yang tidak sibuk, hahahaha.
Jaman anak pertama, idealisme
masih tinggi ya. Jadi kalau mau WWL (Weaning With Love) ya harus se-perfect mungkin. Idealis banget lah pokoknya, tetap ga boleh dioles
pahit-pahitan, ditempeli kayak sakit-sakitan, dsb. Si emak kekeuh men-sounding anak dengan telaten. Karena
harapan kami, setiap anak harus berkualitas sesuai dengan jalan fitrahnya, maka
prosesnya pun akan sangat berpengaruh.
Nah, anak kedua ini menyapihnya
tetap dengan cinta, namun ala Emak Thori alias ada plus-plusnya, wkkk.
Si Mas ngASI selama 22 bulan,
sedang si Adik ada bonus hingga 28 bulan. insyaAllah adil ya, menyesuaikan
kondisi, hehe.
Proses si Adik ternyata tidak
semulus proses si Mas. Harus lebih extra sabar dalam men-sounding. Pun extra waktu juga. Makanya si Abi bilang, boleh
dilebihkan dari 2 tahun, karena ada dalil yang memperbolehkan hingga 30 bulan.
Dalam kurun waktu 24 bulan dan
setelahnya, si emak masih berusaha membanjiri si Adik dengan cinta. Jadi, tidak
ngASI lagi bukan berarti jauh dari Ummi. Malah semakin dekat dengan Ummi. Yaitu
dengan semakin banyaknya pelukan dan ciuman dari Ummi yang menghujani Adik
setiap harinya.
Sampai tiba waktunya kesabaran emak habis, hihihi. Enggak ding, bukan habis. Cuman merasa kalau progresnya lamban sekali. Akhirnya idealisme runtuh dan mencoba pake oles-oles, hahahahaha. Olesannya ini nih yang enggak biasa. Adalah~
