Minggu, 04 Juli 2021

Menyapih si Adik dengan Cinta

 


Alhamdulillah, sudah sampai lagi pada masanya, anandaku harus rela ‘melepaskan ketergantungan’ pada Ummi. Sewaktu Mas disapih, ada tulisan Ummi. Sekarang pun Ummi usahakan nulis juga, di sela-sela kesibukan yang tidak sibuk, hahahaha.

Jaman anak pertama, idealisme masih tinggi ya. Jadi kalau mau WWL (Weaning With Love) ya harus se-perfect mungkin. Idealis banget lah pokoknya, tetap ga boleh dioles pahit-pahitan, ditempeli kayak sakit-sakitan, dsb. Si emak kekeuh men-sounding anak dengan telaten. Karena harapan kami, setiap anak harus berkualitas sesuai dengan jalan fitrahnya, maka prosesnya pun akan sangat berpengaruh.  

Nah, anak kedua ini menyapihnya tetap dengan cinta, namun ala Emak Thori alias ada plus-plusnya, wkkk.

Si Mas ngASI selama 22 bulan, sedang si Adik ada bonus hingga 28 bulan. insyaAllah adil ya, menyesuaikan kondisi, hehe.

Proses si Adik ternyata tidak semulus proses si Mas. Harus lebih extra sabar dalam men-sounding. Pun extra waktu juga. Makanya si Abi bilang, boleh dilebihkan dari 2 tahun, karena ada dalil yang memperbolehkan hingga 30 bulan.

Dalam kurun waktu 24 bulan dan setelahnya, si emak masih berusaha membanjiri si Adik dengan cinta. Jadi, tidak ngASI lagi bukan berarti jauh dari Ummi. Malah semakin dekat dengan Ummi. Yaitu dengan semakin banyaknya pelukan dan ciuman dari Ummi yang menghujani Adik setiap harinya.

Sampai tiba waktunya kesabaran emak habis, hihihi. Enggak ding, bukan habis. Cuman merasa kalau progresnya lamban sekali. Akhirnya idealisme runtuh dan mencoba pake oles-oles, hahahahaha. Olesannya ini nih yang enggak biasa. Adalah~