Sabtu, 14 September 2013

Tentang Aku dan Syaffa'

Jaman dahulu (ga dulu-dulu amat sih), waktu aku masih dibelajarkan di #Tsabita, ada buaaanyaaak kisah menarik tentang anak-anak. Ada buaaanyaaak pula yang berkesan. Kini, ada satu kisah yang tiba-tiba pengeeen aku ceritakan. Tentang aku dan Syaffa’.

Beberapa hari menjelang penerimaan rapor (pekan terakhir Bulan Juli 2013), 

Tugas anak-anak selama 1 semester ku packing menjadi satu, untuk nanti dibawa pulang dan dievaluasi oleh orangtua mereka masing-masing. Rencananya akan diberikan waktu penerimaan rapor nanti. Anak-anak kelas Kupu-Kupu kuajak untuk merapikan tugas mereka bersama-sama. Ada Syaffa’, Bimo, Rendra dan Mya.
Niatnya aku sih pengen memberikan kesan bagi mereka (anak-anak) dengan memberikan sampul dengan gambar unyu. Gambarnya itu ilustrasi anak kecil sholih dan sholihah gitu, unyu-unyu gituuu (menurutku). Asif, gambarnya mau tak insert di sini, tapi filenya ga ketemu, hihihi.

Gambar kuklasifikasikan menjadi 2, untuk murid putra dan murid putri. Tibalah perbincanganku dengan Syaffa’,

Aku (A)
Syaffa’ (S)

A      : Ini Bu Guru buatkan sampul buat tugas-tugas mas Syaffa’, ada gambarnya. 
          Bagus ga mas? 
          (dalam hati berharap dia suka, karena aku kasih gambar anak sholih pake peci)
S        : Ini pengemis ya, Bu Guru?
A        : *dalam hati* Whaaatttt???!!! Ini gambar dikira pengemiiisss???!!! *pingsan*


Perhatikan coba, niat tulus dalam hati untuk menyenangkan anak-anak, eh pendapat yang dia sampaikan bikin aku super shock. Ah, anak-anak memang jauuuh lebih tulus daripada orang-orang dewasa yang mengakui ketulusannya. Sedangkan anak-anak, tanpa tedeng aling-aling memperlihatkan secara langsung murninya mereka, yang jelas tanpa kata. Bagaimana aku tak semakin cinta?