Kali ini, tentang pasangan. Meski sudah kenal sejak kecil, namun kami belum saling paham tentang karakter dan kepribadian masing-masing. Maka, baca bakat jadi salah satu upaya untuk bisa lebih memahami pasangan, menerima bakat pasangan, untuk kemudian saling mendukung untuk mengoptimalkan 5 bakat teratas dalam hal produktivitas.
Lalu, benar saja. Perbedaan-perbedaan kecil yang sering muncul akan lebih bisa dimaklumi karena kita tau bahasa bakat si pasangan.
For example, urusan naruh handuk, kayaknya udah jadi naluri lelaki seluruh dunia bahwa naruh mah taruh aja, tanpa perlu dirapikan dijereng-jereng. Ya nggak?
Nah, naruh handuk yg begini jadi masalah buat si istri (aku.red). Secara 5 bakat tertinggiku di antaranya adalah disiplin deliberative. Maka seringlah si istri ngomel hanya gegara hal kecil ini 😌
Kan begini, alangkah indahnya jika semua barang kembali ketempat semula dengan rapih. Alangkah senangnya jika seluruh personel tim bisa bertanggungjawab dengan hal-hal sekecil ini. Alangkah...
Setiap istri ngomel, si Bapak senantiasa menjawab begini:
"Untuk itulah mi, aku butuh dirimu untuk mendampingiku... "
Nyebelin ga? Iya kan? Nyebelin.
Tapi aku suka, hahaha.
Ini adalah bahasan serius yang berujung romantis (?)
😂😂😂
So sweet :D
BalasHapus