Selasa, 25 Mei 2010

Bicara Tentang Cinta

Sebuah message tanda sayang dari seorang sahabat...



Bicara tentang cinta...

semua orang berhak mencintai siapapun...

tapi adalah hak Allah juga untuk ditaati syariat-Nya...

cinta kepada lawan jenis hanya berlaku setelah akad nikah...

sebelum itu berarti kita mendua pada Allah...

buat apa sih kita menduakanNya?

buat apa sih kita menyelingkuhiNya?


sedangkan cintaNya pada kita tak pernah ternoda...

tak pernah hilang...
 


Selasa, 18 Mei 2010

Nak, Inilah Sekolahmu : Alam Semesta

Saudariku, ada cerita yang membuatku merinding... 
Aku tak pernah bosan dengan cerita ini, karena menginspirasi banget. 
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya untuk kita, dalam menghadapi dunia ini..

Source : eramuslim
Publikasi: 16/12/2003 08:38 WIB



Perempuan itu berjalan mengitari kebun kecilnya, kehamilannya menua membuat langkahnya tertatih. Maha benar Allah saat manusia di perintahkan menghormati ibunya. 

“Ibumu mengandungmu sembilan bulan dengan kepayahan yang bertambah-tambah.” 


Sejenak ia berhenti dan mengehembuskan nafasnya, ditatanya lagi pot-pot kecil. Dia tersenyum sambil berkacak pinggang. Hhhfff…Benih akan bertumbuh menjadi pohon, berbunga dan berbuah. Memberi manfaat. 


“Nak, kau dengar kan? Gemericik air yang kusiramkan di tanah berisi benih tadi?”

“..itulah kau sayang. Aku membentukmu sejak disini.”

Dielusnya perut buncitnya, kemudian dibiarkannya semua letih berseteru membentuk pegal yang menyemut di kakinya. Ayunan didepan ‘padepokan kecil belakang rumah’ menjadi tempatnya bersantai. Allah memberikan pahala padamu wahai perempuan, surga! Dan kau mudah meraihnya dengan kesabaran.Sebagai istri terlebih sebagai ibu.


“Nak, kau ingin aku memperdengarkanmu apa? Sederet musik klasik yang katanya mencerdaskanmu? Sebentar, Nak… ada yang akan membentukmu lebih cerdas dan kau takkan bosan” 


Jumat, 07 Mei 2010

Ibunda, Ratu Hatiku

Bismillah.. 

Teruntuk saudaraku…
Kutemukan bait-bait puisi dari internet yang mewakili perasaanku untuk ibu…

Pagi ini, di dalam sebuah kartu ucapan merah jambu, kuselipkan puisi itu dan kukirim dengan harapan akan tiba saat ulang tahun ibu. Hanya do'a kupanjatkan pada Allah, agar dengan ridha-Nya, ibu mau menyentuh dan membacanya… 


Teruntuk Ibunda Tercinta

Saya teringat senandung kecemasan, yang dibawakan seseorang berikut ini,


‘Rabbana, siapa gerangan yang nasibnya lebih buruk dari kami.
Jika dalam keadaan seperti ini, kami dipindahkan ke dalam kubur.
Kami belum menyiapkan pembaringan kami.
Kami belum menghamparkan amal shaleh untuk tikar kami.
Bagaimana kami tidak menangis.
Sedangkan kami tidak tahu akhir perjalanan kami.
Nafsu selalu menipu kami dan hari-hari melengahkan kami.
Padahal maut telah mengepak-ngepakkan sayapnya di atas kepala kami.’

Akhirnya, Sahabat, tak ada salahnya dalam sujud-sujud kita, dalam untaian doa-doa kita, dalam tengadah jemari kita, sebuah permintaan ditambahkan. Sebuah pinta untuk seseorang yang telah mencinta kita dengan nafasnya..


”Rabbii… isi hidupnya hanya dengan sabar dan syukur. Rabbii… berikan untuk Ibunda, sebuah khusnul khatimah”.