Saya teringat senandung
kecemasan, yang dibawakan seseorang berikut ini,
‘Rabbana, siapa
gerangan yang nasibnya lebih buruk dari kami.
Jika dalam keadaan
seperti ini, kami dipindahkan ke dalam kubur.
Kami belum menyiapkan
pembaringan kami.
Kami belum
menghamparkan amal shaleh untuk tikar kami.
Bagaimana kami tidak
menangis.
Sedangkan kami tidak
tahu akhir perjalanan kami.
Nafsu selalu menipu
kami dan hari-hari melengahkan kami.
Padahal maut telah
mengepak-ngepakkan sayapnya di atas kepala kami.’
Akhirnya, Sahabat, tak ada salahnya dalam sujud-sujud kita, dalam untaian doa-doa kita, dalam tengadah jemari kita, sebuah permintaan ditambahkan. Sebuah pinta untuk seseorang yang telah mencinta kita dengan nafasnya..
”Rabbii… isi hidupnya hanya
dengan sabar dan syukur. Rabbii… berikan untuk Ibunda, sebuah khusnul
khatimah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar