Senin, 31 Desember 2012

Aku + Kau = Kita




Suamiku, dengan segala kekurangannya, aku bersyukur. Ya, sangat bersyukur. Ia tak dilahirkan dari keluarga da'i, namun kini ia ada dalam jamaah ini. Bukankah itu sebuah prestasi?

Jika ku tilik kembali, wajar bila anak seorang da'i berada dalam barisan ini. Itu hal yang sangat biasa. Namun, kalau tidak? Allah tak memberikan hidayah ke sembarang orang. Hanya kepada orang-orang terpilih. 

Itu jelas nilai plus buatnya. Ia, suamiku, pandai memilih lingkungan yang tepat. Lingkungan orang-orang sholih, insyaAllah. 

Sedangkan aku, notabene bukan murni dari keluarga muslim. Ibundaku seorang muallaf (alhamdulillah..) dan salah satu eyangku seorang Nasrani. Aku bersyukur bahwa Allah memilihkan jamaah ini untukku, aku yang penuh alpha ini. 

Suamiku, seorang sabar yang luar biasa. Akhlaqnya sangat mempesonaku, tentu saja dalam batasan syar'i. Segala kesalahan-kesalahan masa lalu, ia komitmen untuk perbaiki. Begitu pula denganku. Kami saling mengerti dan menerima, selama masing-masing dari kami tahu, bisa berhikmah dari masa lalu dan tak mengulangnya. Toh, kami bersama hidup untuk masa depan, bukan masa lalu. Masa lalu tak terlepas dari kami, dalam hal membelajarkan, tentu saja. 

Rabb, izinkan kami memetakan kehidupan kami. Tetap saja penghapusnya ku percayakan pada Engkau, karena Engkau tahu yang terbaik buat kami. 

Allah Maha Adil, kami dipertemukan dalam kondisi yang baik, tepat dan barokah, insyaAllah. 







Walhamdulillah wa laa ilahailallah wallahuakbar :)

Mawar Ramadhan
Akhir tahun 2012

Minggu, 02 Desember 2012

Wisuda Aku

1 Desember 2012

GOR UNY

Atribut Spesial

Penampakan melegakan yang terjadi setelah penantian 4 tahun lebih dikit

Shiny bersama mas *eeeng *lupa

Save Palestine!

Sohib SMA, The Gunner, suka Van Persie & Bastian Swenstneiger *asal nulis nama
Sahabat-sahabat kuliah yang rame-rame menyemarakkan wisuda episode kali ini

1 2 3 Pose!

Tanda Cinta

Selasa, 24 April 2012

Bintang di Jantung Kegelapan





Ambillah pelajaran, wahai orang-orang yang berpikir. Tongkat estafet tidak selamanya di tangan orang kafir dan kemenangan bukan semata monopoli pihak musuh yang zalim.
Ya, usaha muslimin mulai menampakkan hasil. Kemenangan mereka mulai jelas, disaksikan realita dan dipertegas musuh, antara lain :
BUKANKAH Israel mendengungkan slogan, “Dari Nil ke Eufrat”. Bukankah sampai kini mereka mengukir peta Negara yang didambakan di tembok gereja. Bahkan, setelah kemenangan di tahun 1967 M, mereka menyatakan, “Dari Teluk ke samudra”. Maksudnya, batas timurnya dari Teluk Arab ke batas barat di Samudra Atlantik. Tetapi, apa yang mereka perbuat sekarang? Kini mereka membangun tembok besar untuk menghentikan serdadu sendiri, membatasi keinginan sendiri, dan merubuhkan cita-cita dan impian mereka sendiri. Semua itu karena kegigihan perjuangan mujahidin Palestina. Bukankah itu pertanda kemenangan besar bagi Islam?!
DULU, Yahudi datang berbondong-bondong, tetapi kini mereka merasa takut di negeri sendiri, bahkan lari meninggalkannya. Selain itu, mereka keluar meninggalkan Lebanon dalam keadaan hina dan tak berarti. Bukankah itu pertanda kemenangan besar bagi Islam?!
HIJAB mulai menjadi fenomena masyarakat yang dalam beberapa abad tidak pernah mengenali Islam sama sekali, tayangan Islami mulai diminati di dunia pertelevisian, jumlah orang yang shalat ke masjid di bulan Ramadhan maupun di luarnya semakin meningkat, serta yang menunaikan haji dan umrah semakin banyak. Bukankah semua itu pertanda kemenangan besar bagi Islam?!
PERBEDAAN lawan dan kawan semakin jelas, musuh mulai terus terang mengakui madu beracun, musang berbulu domba mulai terbaca, kaum munafik mulai kehilangan argument untuk membentengi diri, dan perkara mulai jelas bagi yang meragukan dan terperdaya. Dengan begitu, seluruh umat bersatu ke dalam satu barisan untuk bersama-sama mengadang lawan. Padahal sebelumnya terkotak-kotak: ada yang mendukung, ada pula yang menentang, ada yang menerima, ada pula yang menolak; dan ada yang bertahan, ada pula yang menyerang. Bukankah semua ini demi kepentingan Islam dan muslimin?!
SEMUA orang tahu, masyarakat Barat dikenal berbudaya berbondong-bondong  menyerbu buku-buku Islam. Selanjutnya, tidak sedikit mereka yang masuk Islam. Setelah peristiwa 11 September, empat belas ribu orang Inggris menyatakan diri masuk Islam. Mereka berasal dari kalangan masyarakat kelas atas: kerajaan, hartawan, dan diplomat, antara lain direktur lembaga penyiaran Inggris yang dulu. Hal itu diturunkan Koran al-Jumhuriyah al-Qahiriyah pada 11/3/2004. Coba anda bayangkan bersamaku, berapa kira-kira jumlah orang yang menyatakan diri memeluk agama Islam di seluruh Eropa dan Amerika di tengah suasana dunia yang hitam pekat ini? Bukankah serangan terhadap Islam terus membabi buta?! Bukankah ini pertanda kemenangan yang nyata?!
KARENA itu, Saudaraku, janganlah Anda hanya melihat duri dan mencampakkan bunga di atasnya. Dan jangan pula sekadar memandang kegelapan dan melupakan bintang yang ada di tengahnya. Ketahuilah, serangan terhadap Islam akan diikuti serangan pembelaan terhadapnya. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.


(Source : Blessing in Disguise – Dr. Khalid ‘Umar al-Disuqi)

Sabtu, 28 Januari 2012

Teruntuk Tuan Yang Tak Tahu Balas Budi


... 

Sesungguhnya Tuan, saya hanya membutuhkan cara penyampaian yang baik, tidak lebih. 
Saya bisa menerima semua, tapi dengan cara penyampaian yang baik. 
Tuan berhak menjadi lebih baik, begitupun saya. 
Tapi Tuan, saya hanya butuh cara penyampaian yang baik.
Cara yang saya mampu menerimanya. Cara yang melibatkan hati (jika Tuan masih mempunyai hati).  

Saya sangat mau menerima kebaikan, dengan penyampaian yang baik tentu saja.
Cara yang mana dulu saya contohkan dalam memperlakukan Tuan.
Jika bukan cara yang baik yang Tuan gunakan, bukan kebaikan pula yang sampai pada saya. 
Saya bisa pastikan itu. 

Hanya satu intinya Tuan, cara penyampaian yang baik, jika kebaikan yang Tuan inginkan. 
Hanya satu intinya Tuan, cara dimana saya bisa menerima penyampaian Tuan, baru Tuan bisa lakukan apa yang Tuan inginkan. 
Hanya satu intinya Tuan, saya ridho, Tuan juga ridho. Bukan hanya Tuan saja yang ridho. 
Jika Tuan tidak bisa menyampaikan dengan baik, begitu pula saya Tuan. 
Saya bisa pastikan itu. 

...