Minggu, 13 April 2014

Lombok, Day 1

Bismillah.
Pemirsa (hahaha), aku mau cerita pengalaman yang sangat berharga bagiku. Alasan pertama adalah karena ini penerbangan pertamaku, jiahaha...
Yuk ah, simak.

Catatan ini terlahir untuk memenuhi keinginan owner yang pada tanggal 12-15 April 2014 akan melakukan perjalanan ke Lombok, dengan tujuan survei tempat hanimun, wkkwk...

Kemarin sore, aku masih di Jogja. Dalam sekejap, pada malam harinya, kakiku sudah menginjak negeri Lombok. Hebat kan? Muahahahaaa...
Dan pagi ini, aku sudah bersiap petualang mengitari Lombok. Seperti apakah Lombok di mataku? Yuk cekidot.

Pagi ini jam 7 aku dan kawanku Indri sudah ready for the trip. Yeah, kami ber-enam (aku, Bapak dan Mama Lombok, Indri dan kedua adiknya), cus ke arah Gili Trawangan. Tahukah kamu, apa Gili Trawangan itu? Search sendiri deh, biar penasaran, hahaha. Pokoknya apik, recommended buat hanimun, wkkwk lagi-lagi...


Oh ya bentar, kelupaan. Sebelum terbang, ada beberapa tips dariku. Yaitu, persiapan mental dan fisik paling penting menurutku, karena fisik yang lemah sepertiku gampang ngedrop jika ada di suasana baru. Adaptasiku tidak semudah orang-orang kebanyakan, jadi yaaa kudu persiapan ekstra untuk fisik dan mental ini. Sampai bandara terlalu awal bagi kami, jadi masih nunggu sekitar 1 jam-an di waiting room. Hikmahnya adalah aku bisa ada waktu lebih untuk adaptasi dan mengenal lingkungan bandara.

  
Kembali ke pagi ini, adzan subuh berkumandang pukul 05.30 WITA. Waktu Lombok lebih cepat satu jam dari Jogja. Kalau di Jogja pasti masih jam 04.30. Setelah menunaikan panggilan Tuhan, lalu tilawah sebentar, aku diajak jalan pagi mencari jajanan khas Lombok, bernama Lupis.


Dalam perjalanan pulang, Indri mengajakku silaturahim ke saudara, ada Datuk, Bapak Tuan, Ummi, dll. Aku sendiri baru belajar istilah-istilah tersebut, apa yang dimaksud Datuk dan Bapak Tuan. Ternyata Datuk dan Bapak Tuan adalah orang yang dihormati dan dituakan dalam keluarga. Kalau di Jogja mungkin kayak Kakek dan Om yang sudah haji, jadi dianggap ilmu agamanya lebih mumpuni dari kita-kita yang belum haji ini. Dalam kunjungan ini, ada satu hal yang mengalihkan duniaku. Di setiap rumah selalu ada bangunan kecil depan rumah yang berbentuk seperti pendopo. Setelah aku bertanya, namanya adalah Beruga. Beruga adalah ciri khas rumah Lombok, sebuah tempat yang sejarah berdirinya begini : pada jaman dulu, beruga terdapat dua bagian, atas dan bawah. Bagian atas digunakan untuk lumbung padi, dan bagian bawah untuk tempat duduk. Dalam perkembangannya, membuat padi menjadi beras sudah tidak memakai cara manual lagi, jadi beruga hanya digunakan sebagai tempat duduk saja.


Oh ya, sewaktu hampir sampai kembali ke rumah, mataku tertuju pada penampakan depan rumah. Apakah itu? Adakah yang kenal? This is it...
Ternyataaa, kader PKS dekat di hati, hihihi...


Setelah jalan pagi kelar, kami sarapan lauk ikan hasil tangkapan Bapak Lombok, kemudian bersiap ke Senggigi. Dalam perjalanan menuju Senggigi yang membutuhkan waktu kira-kira satu jam, aku dikenalkan pada tempat-tempat di Lombok. Perjalanan yang kami lalui serasa bermakna sekali karena aku mendapat wawasan lebih luas tentang kota romantis ini.


Tentangmu, Senggigi...




To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar