Bismillah.
Pemirsa
(hahaha), aku mau cerita pengalaman yang sangat berharga bagiku. Alasan pertama
adalah karena ini penerbangan pertamaku, jiahaha...
Yuk ah,
simak.
Catatan
ini terlahir untuk memenuhi keinginan owner yang
pada tanggal 12-15 April 2014 akan melakukan perjalanan ke Lombok, dengan
tujuan survei tempat hanimun, wkkwk...
Kemarin
sore, aku masih di Jogja. Dalam sekejap, pada malam harinya, kakiku sudah
menginjak negeri Lombok. Hebat kan? Muahahahaaa...
Dan pagi
ini, aku sudah bersiap petualang mengitari Lombok. Seperti apakah Lombok di
mataku? Yuk cekidot.
Pagi ini
jam 7 aku dan kawanku Indri sudah ready
for the trip. Yeah, kami ber-enam (aku, Bapak dan Mama Lombok, Indri dan
kedua adiknya), cus ke arah Gili Trawangan. Tahukah kamu, apa Gili Trawangan
itu? Search sendiri deh, biar
penasaran, hahaha. Pokoknya apik, recommended buat hanimun, wkkwk lagi-lagi...
Oh ya bentar,
kelupaan. Sebelum terbang, ada beberapa tips dariku. Yaitu, persiapan mental
dan fisik paling penting menurutku, karena fisik yang lemah sepertiku gampang ngedrop jika ada di suasana baru.
Adaptasiku tidak semudah orang-orang kebanyakan, jadi yaaa kudu persiapan
ekstra untuk fisik dan mental ini. Sampai bandara terlalu awal bagi kami, jadi
masih nunggu sekitar 1 jam-an di waiting
room. Hikmahnya adalah aku bisa ada waktu lebih untuk adaptasi dan mengenal
lingkungan bandara.
Kembali
ke pagi ini, adzan subuh berkumandang pukul 05.30 WITA. Waktu Lombok lebih
cepat satu jam dari Jogja. Kalau di Jogja pasti masih jam 04.30. Setelah
menunaikan panggilan Tuhan, lalu tilawah sebentar, aku diajak jalan pagi
mencari jajanan khas Lombok, bernama Lupis.
Dalam
perjalanan pulang, Indri mengajakku silaturahim ke saudara, ada Datuk, Bapak
Tuan, Ummi, dll. Aku sendiri baru belajar istilah-istilah tersebut, apa yang
dimaksud Datuk dan Bapak Tuan. Ternyata Datuk dan Bapak Tuan adalah orang yang
dihormati dan dituakan dalam keluarga. Kalau di Jogja mungkin kayak Kakek dan
Om yang sudah haji, jadi dianggap ilmu agamanya lebih mumpuni dari kita-kita
yang belum haji ini. Dalam kunjungan ini, ada satu hal yang mengalihkan
duniaku. Di setiap rumah selalu ada bangunan kecil depan rumah yang berbentuk
seperti pendopo. Setelah aku bertanya, namanya adalah Beruga. Beruga adalah
ciri khas rumah Lombok, sebuah tempat yang sejarah berdirinya begini : pada
jaman dulu, beruga terdapat dua bagian, atas dan bawah. Bagian atas digunakan
untuk lumbung padi, dan bagian bawah untuk tempat duduk. Dalam perkembangannya,
membuat padi menjadi beras sudah tidak memakai cara manual lagi, jadi beruga
hanya digunakan sebagai tempat duduk saja.
Oh ya, sewaktu hampir sampai kembali ke rumah, mataku tertuju pada penampakan depan rumah. Apakah itu? Adakah yang kenal? This is it...
Ternyataaa, kader PKS dekat di hati, hihihi...
Setelah
jalan pagi kelar, kami sarapan lauk ikan hasil tangkapan Bapak Lombok, kemudian
bersiap ke Senggigi. Dalam perjalanan menuju Senggigi yang membutuhkan waktu
kira-kira satu jam, aku dikenalkan pada tempat-tempat di Lombok. Perjalanan
yang kami lalui serasa bermakna sekali karena aku mendapat wawasan lebih luas
tentang kota romantis ini.
Tentangmu,
Senggigi...
To be continued...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar