Senin, 17 Maret 2014

GBK, Mempererat Ukhuwah Kami Menuju Harmoni

Lagi, tentang PKS!



Pagi ini, membuka salah satu akun sosial media, membuat geram hati saya. 
Muncul di timeline paling atas, postingan yang terkesan memecah belah muslim, cenderung suudzon tanpa tabayun, dan yang paling menyakitkan adalah kalimat-kalimat pedas keluar dari mulut seorang muslim. Ya, yang posting 'muslim'.

Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah...

Geram sekali melihat kondisi yang begini, seorang muslim mencela muslim lainnya. Kalau ada saudara yang salah, mengingatkan memang dianjurkan, namun tetap dengan cara yang baik. Bukan dengan kata-kata sesuka hatinya, karena itu malah mencerminkan kepahamannya tentang Islam. Lah ini, saudaranya juga ndak salah apa-apa, kok dicela di sosial media gitu. 

Rasulullah banyak mencontohkan kita tentang cara menyikapi kesalahan-kesalahan orang muslim. tapi, beliau selalu dengan cara anggun, bukan mencela.
dari segi ini saja sudah terlihat, siapa yang menegakkan sunah rasulullah? ~.~

Aku bener-bener pengen nangis ya Allah, ujian hidup memang sungguh menantang. Dan benar adanya bahwa hanya sedikit saja yang bertahan dalam keistiqomahan.

T______T

Ingin sekali rasanya memblokir akun yang ndak berpikir panjang dulu sebelum posting.
ditambah lagi pikiranya suudzon, tidak ditabayunkan dulu :(

Mungkin itu komentar orang yang tidak tahu. Supaya imbang  beritanya, saya sertakan pengalaman seseorang yang ikut dan berada di GBK, jadi tau kondisi di GBK sebenarnya, tidak cuma menerka-nerka dan 'katanya, katanya'...
Baca kisah di bawah ini ya, lebih lengkap lebih mantap sambil dengerin backsound PKS :)


===Ahad pagi, 07.00, Depok, Jawa Barat===

Embak, emas, anak-anak, berangkat bersama rombongan menuju GBK. Ya, ada acara besar di sana, jadi semangat berangkat boyongan sekeluarga. Dalam perjalanan, rombongan Depok bertemu banyak rombongan dengan dresscode yang sama. Beberapa rombongan ini tak saling kenal karena dari daerah yang berbeda, namun apa yang terjadi? Mereka saling melambaikan tangan dalam bus masing-masing bagaikan kenal sebelumnya. Aslinya mereka tak saling kenal, tapi dresscode + aqidah ini yang menyatukan hati-hati kami, dan mengikrarkan bahwa kami bersaudara. Ah, begini rasanya ukhuwah yang dipersatukan oleh aqidah. Kami adalah keluarga.

Sesampainya di GBK pukul 8, dua rombongan ini datang paling awal, kemudian mengisi tribun sebelah atas. Melihat kiri kanan, masih banyak tempat kosong (waduh, kok dikit yang datang). Mereka lanjutkan berjalan naik, sampai pada tempat paling atas, duduklah embak dan anak-anak beserta rombongan.

Beberapa waktu, menanti acara selanjutnya dengan menyanyikan lagu-lagu harokah. Emas keluar berencana membeli topi, tinggallah embak, anak-anak beserta rombongan di dalam stadion. Waktu itu sekitar pukul 9 kurang. Dalam waktu itu, emas dengan kesibukannya mencari topi keluar stadion GBK dan embak sibuk menyuapi anak-anak. Dengan posisi menyuapi tentu saja menunduk. Dan tak berapa lama, tanpa memperhatikan sekeliling, jam menunjukkan pukul 9, tiba saatnya presiden datang. Dan benar saja, riuh gaduh beraturan dan tertib menyambut kedatangan ustad Anis Matta. Saat mendongakkan kepala (dari menyuapi anak-anak), tertegunlah embak karena saat itu stadion sudah penuuuh dengan massa. Tak ada space kosong. Bahkan lapangan kosong yang awalnya tidak digunakan pun terpaksa digunakan untuk ditempati massa yang membeludak. Kepanduan bergerak sigap membabat rumput di lapangan kosong tersebut. Kini, lengkap sudah riuh rendah di GBK. Semangat dan teriakan massa membuat bulu kuduk merinding, memaksa kita untuk merasakan dahsyatnya ukhuwah yang terbangun karena aqidah ini.

Keyakinan semakin mantap, bahwa kita akan menang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar