Lagi, tentang PKS!
Pagi ini, membuka salah
satu akun sosial media, membuat geram hati saya.
Muncul di timeline
paling atas, postingan yang terkesan memecah belah muslim, cenderung suudzon
tanpa tabayun, dan yang paling menyakitkan adalah kalimat-kalimat pedas keluar
dari mulut seorang muslim. Ya, yang posting 'muslim'.
Astaghfirullah,
astaghfirullah, astaghfirullah...
Geram sekali melihat
kondisi yang begini, seorang muslim mencela muslim lainnya. Kalau ada saudara
yang salah, mengingatkan memang dianjurkan, namun tetap dengan cara yang
baik. Bukan dengan kata-kata sesuka hatinya, karena itu malah mencerminkan
kepahamannya tentang Islam. Lah ini, saudaranya juga ndak salah apa-apa,
kok dicela di sosial media gitu.
Rasulullah banyak
mencontohkan kita tentang cara menyikapi kesalahan-kesalahan orang
muslim. tapi, beliau selalu dengan cara anggun, bukan mencela.
dari segi ini saja sudah
terlihat, siapa yang menegakkan sunah rasulullah? ~.~
Aku bener-bener pengen
nangis ya Allah, ujian hidup memang sungguh menantang. Dan benar adanya bahwa
hanya sedikit saja yang bertahan dalam keistiqomahan.
T______T
Ingin sekali rasanya
memblokir akun yang ndak berpikir panjang dulu sebelum posting.
ditambah lagi pikiranya
suudzon, tidak ditabayunkan dulu :(
Mungkin itu komentar
orang yang tidak tahu. Supaya imbang beritanya, saya sertakan pengalaman
seseorang yang ikut dan berada di GBK, jadi tau kondisi di GBK sebenarnya,
tidak cuma menerka-nerka dan 'katanya, katanya'...
Baca kisah di bawah ini
ya, lebih lengkap lebih mantap sambil dengerin backsound PKS
:)
===Ahad pagi, 07.00,
Depok, Jawa Barat===
Embak, emas, anak-anak,
berangkat bersama rombongan menuju GBK. Ya, ada acara besar di sana, jadi
semangat berangkat boyongan sekeluarga. Dalam perjalanan, rombongan Depok
bertemu banyak rombongan dengan dresscode yang sama. Beberapa
rombongan ini tak saling kenal karena dari daerah yang berbeda, namun apa yang
terjadi? Mereka saling melambaikan tangan dalam bus masing-masing bagaikan
kenal sebelumnya. Aslinya mereka tak saling kenal, tapi dresscode +
aqidah ini yang menyatukan hati-hati kami, dan mengikrarkan bahwa kami
bersaudara. Ah, begini rasanya ukhuwah yang dipersatukan oleh aqidah. Kami
adalah keluarga.
Sesampainya di GBK pukul
8, dua rombongan ini datang paling awal, kemudian mengisi tribun sebelah atas.
Melihat kiri kanan, masih banyak tempat kosong (waduh, kok dikit yang
datang). Mereka lanjutkan berjalan naik, sampai pada tempat paling
atas, duduklah embak dan anak-anak beserta rombongan.
Beberapa waktu, menanti acara selanjutnya dengan menyanyikan lagu-lagu harokah. Emas keluar berencana membeli topi, tinggallah embak, anak-anak beserta rombongan di dalam stadion. Waktu itu sekitar pukul 9 kurang. Dalam waktu itu, emas dengan kesibukannya mencari topi keluar stadion GBK dan embak sibuk menyuapi anak-anak. Dengan posisi menyuapi tentu saja menunduk. Dan tak berapa lama, tanpa memperhatikan sekeliling, jam menunjukkan pukul 9, tiba saatnya presiden datang. Dan benar saja, riuh gaduh beraturan dan tertib menyambut kedatangan ustad Anis Matta. Saat mendongakkan kepala (dari menyuapi anak-anak), tertegunlah embak karena saat itu stadion sudah penuuuh dengan massa. Tak ada space kosong. Bahkan lapangan kosong yang awalnya tidak digunakan pun terpaksa digunakan untuk ditempati massa yang membeludak. Kepanduan bergerak sigap membabat rumput di lapangan kosong tersebut. Kini, lengkap sudah riuh rendah di GBK. Semangat dan teriakan massa membuat bulu kuduk merinding, memaksa kita untuk merasakan dahsyatnya ukhuwah yang terbangun karena aqidah ini.
Keyakinan semakin mantap, bahwa kita akan menang!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar