Jumat, 31 Maret 2017

ASI, Ibu, dan Fitrah

“Aku mau bikin mi instan puanas puedes cabe buanyak, ahhh. Mumpung lagi ga hamil, mumpung ada kesempatan.”


Hayo sapa yang kek gitu, ngacung. Kite toss dulu 😄😄😄
Setelah sekitar 10 bulan si ibu diminta jauhan sama yg namanya mi instan dan instan2 sejenis lainnya, nah habis lairan mesti trus kesempatan buat deketan lagi. Iya apa iya? Hahaha
Sama sih, ibunya Thori jugak, weeekkk 😜😜😜

Boleh sih bu (ngomong sama diri sendiri), tapiii (lah, ada tapinya podo wae) coba deh sebelum bikin mi instan puedes puanas tadi, pandangi dulu wajah damai anakmu 😍

Amrul Mathori, 6 months old


Ibunya Thori mau berbagi pengalaman nih (sok pengalaman, maaf ya).
Beberapa kali bikin mi legendaris itu, dan beberapa kali ibunya Thori ini bahagia sehat sentosa, dan beberapa kali itu pula Thori p*p berkali-kali.

Nah, udah nangkep maksud saya?

Iya hooh begitu.

Begitu apanya? Wkwkwk...

Kita ga ngerasain langsung efeknya, bu. Sama halnya seperti karakter seorang ibu, atau suasana hati yang sedang dirasakan seorang ibu. Kalau ibunya lagi ‘galau’ (meski bisa dipendam dalam hati), kemungkinan besar anaknya ngak ngik nguk (rewel maksudnya). Yak, efeknya ke anak, apalagi yang masih menyusu.

Makanya, bu, kalau punya kepengenan, belajarlah mengendalikan (tuh Maw, tuuuh). 

Badan ini, pikiran ini, hati ini, bukan milikmu seorang. Ada ‘kehidupan’ lain yang bergantung padamu. Kalau masih egois juga, jangan jadi ibu, hehe.

Ibunya Thori bukan nyuruh menghilangkan kok, melainkan nyuruh mengendalikan. Pandangi dulu wajah anakmu sebelum memuaskan keinginanmu. Akan kah nanti berdampak ke si kecil?

Bukan cuman asupan fisik ibu yang ngaruh ya. Ketenangan batin ibu, karakter bawaan ibu, keyakinan ibu, pola hidup ibu bahkan mungkin bisa. Yang tentang mi instan tadi cuma salah satu analogi.

Kalau kata ustad Harry Santosa #FBE,

“ASI sungguh awal pendidikan Fitrah Iman. Syahadah Rubbubiyatullah dikuatkan dengan Kelekatan Eksklusif Ibu bukan sekedar nutrisi.”

Coba dimaknai bareng ya buibu, saya gamau mengartikan versi saya ndak cenderung subjektif, hehe.
Kan ada juga ya teori yang mengatakan bahwa saat menyusui, ibu bacakan surat Alquran karena saat menyusu adalah saat anak fokus sehingga mudah menghafal dan menerima hal baru. Bisa bacakan Alquran, bisa ajak ngobrol, bisa sambil bercerita. Begitu. Intinya ciptakan bonding ibu-anak gitu deh, sembari menguatkan konsep Iman. Semoga yang tersalurkan energi-energi yang positif ya... 

Belajar bareng ya, bu 😄


Jumat, 10 Maret 2017

Gadgetless Parenting

Adalah Gadgetless Parenting yang pertama kali menjadi perbincangan antara saya dan suami tentang pendidikan anak sewaktu saya masih hamil Thori. Itulah prinsip parenting yang kami sepakati. Secara sekarang adalah zaman yang tak bisa lepas dari gadget, pun termasuk Abu-Ummu Thori. 

Bukan meniadakan sama sekali terkait gadget, melainkan menempatkan sesuai porsi

Yakalik anak bayik dikasi gadget, dimana masih usia-usia otak berkembang pesat. Biarkan anaknya yang beraktivitas, bukan malah mainannya yang bergerak sedang anaknya diem menonton. Karena jika salah 'penempatan', konsekuensinya adalah lifetime, seumur hidup. 

Saya yang sebagai anak informatika pernah mendapat materi tentang gadget dan kelebihan kekurangannya, ditambah mencari referensi-referensi parenting lainnya, kuat mempertimbangkan ilmu ini untuk diterapkan bagi anak-anak saya. 

Memandang foto dirinya 😃

Main gadget atau istilahnya screentime, tidak selalu merupakan hal buruk, melainkan bisa 'mendukung' dalam mempertajam perkembangan otak dan keterampilan berkomunikasinya (jika tepat penempatan). Namun jika terlalu dini mengenalkan gadget kepada anak, maka bisa menyebabkan bahaya permanen dan konsekuensi jangka panjang, Lebih banyak efek negatifnya daripada positifnya. Berikut saya sertakan kutipan dari ahlinya. 

Kamis, 09 Maret 2017

كُنْ أَنْتَ - Be Yourself

*sebagai catatan diri #selfreminder
*source: talkativeqolbie
لِأُجَارِيْهِمْ، قَلَّدْتُ ظَاهِرَ مَا فِيْهِمْ
n order to keep up with them, I imitated their looks and exterior

فَبَدَوْتُ شَخْصاً آخَرْ، كَيْ أَتَّفَاخَر
So I became someone else just to boast

وَ ظَنَنْتُ أَنَا، أَنِّي بِذَلِكَ حُزْتُ غِنَى
And I thought that through that I gained a fortune 

فَوَجَدْتُ أَنِّي خَاسِر، فَتِلْكَ مَظَاهِر
But I found that I'd lost, for these are mere appearances 

Minggu, 05 Maret 2017

Thori Anak Kuat

5 Maret 2017

Sejak awal ada di rahim Ummi, Thori udah terbiasa diajak petualang. Pekan-pekan awal, bahkan sebelum kami tahu bahwa engkau telah hadir, Ummi muterin Prambanan sama Budhe Cu dan Budhe Liez. Awalnya Abi mau ikut (karena Om Hendra juga ikut), tapi tetiba ada mandat lembur kerja ga bisa pulang. Ah jadi sedih kalau inget -,-

Si Hujan, Almathori

Bismillah.

Weekend awal Maret 2017, kami (Abu Thori, Ummu Thori, Thori) berencana mau nengok adik Izzan Al Ghozi di Sedayu. Abi Ummi pake berdiskusi panjang tentang kendaraan yang akan dipakai (maafkan Ummi paling rewel kalau mau pergi-pergi ngajak anak, hehehe). Akhirnya, demi kenyamanan 'sopir' dan pertimbangan keamanan serta lainnya, kami pun sepakat naik motor, dengan konsekuensi kepanasan dan kehujanan. Asal sudah antisipasi insyaAllah tidak masalah. Oke, bismillah. 

Tentang hujan, yang kehadirannya penuh berkah dan manfaat -sebagaimana kami menamai anak kami-, haruslah dimaknai positif. Hujan-hujanan itu asik. Kalaupun memang nantinya pas pergi itu hujan, kami azzamkan akan hujan-hujanan bersama, dengan syarat hujannya harus deras (supaya ga bikin pilek, ini ikhtiar), tidak terlalu lama, dan dalam keadaan perut kenyang.