Senin, 01 April 2013

ABU AYYASY


Terdengar suara deru motor berhenti di halaman depan ketika aku sedang menyiram bunga bersama Ayyasy dalam gendonganku. Ternyata Ayah sudah pulang.

Assalamu’alaikum…

Wa’alaikumussalam. Alhamdulillah pulang lebih awal, Yah. Jam 4 sore udah sampai rumah. Mau Bunda buatkan teh seperti biasanya?”, jawabku sembari mencium tangan Ayah sebagai sambutan selamat datang seperti biasa.

Boleh. Aku mandi dulu ya, Bunda…”, jawab Ayah dengan raut muka lelah tergambar jelas di wajahnya.

Kujawab dengan senyuman.

Dengan bergegas aku menaruh ciduk lalu mencuci tangan. Ayah berlalu menuju kamar untuk persiapan mandi, sedangkan aku menuju dapur, dengan Ayyasy masih dalam dekapanku.

___

Aku membuka percakapan sore ini.

Yah, sudah seger?

Ayah mengangguk.

Begitulah suamiku, tak banyak bicara. Walau begitu, dari perilakunya aku tahu dia terbaik untukku. Akhlaqnya mempesonaku, selalu. Bicaranya kalau memang perlu. Merayuku pun tergolong langka. Namun aku suka. Mengapa? Karena dia suamiku :’)

Yah, Bapak Ibu tadi telepon. Menanyakan S2 ku. Aku dilema. Afwan.”, bicaraku terbata memulai pembicaraan berat ini.

Terkadang menangis itu perlu kok, Sayangku…”, ujarnya. “Sini mendekat sama Ayah, udah wangi kok…

Aku tersenyum malu sembari bersandar padanya.

Ayyasy udah tidur?

Sudah. Tadi pas di dapur membuat teh, dianya tertidur. Sekarang sudah tidur nyenyak di kamar. Sudah tenang, Ayahnya sudah dirumah.

Ayah mengangguk kecil lalu melanjutkan bicara.

Istriku, aku menyayangimu, dengan apapun kondisimu, orangtuamu, keluargamu. Suamimu ini disini, telah menawarkan hati untuk berpetualang bersama. Jadi, izinkanku bersamamu selamanya, semoga sampai di surga.

Aku tergugu.

Kalau Bunda mau menangis, Ayah selalu rela menyediakan bahu. Bersediakah engkau Bunda melengkapi segala kekurangan Ayah?

Aku menitikkan airmata lalu memeluk suami tercintaku itu erat, semakin erat. Dialah Ali ku, pria yang kunikahi 2 tahun lalu dalam kondisi yang penuh perjuangan :’D
Lelaki yang tak banyak bicara, namun sekalinya bicara mampu meluluh lantahkan hatiku. Itu sungguh.

Rabbi, kuatkan kami supaya mampu melalui setiap ujianmu. Istiqomahkan kami untuk bisa mempersiapkan bekal kelak di akhirat. Satukan kami di dunia, semoga sampai surga-Mu. Aamiin. 

Mawar Ramadhan
Bantul, 1 April 2013 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar