Terdengar suara deru
motor berhenti di halaman depan ketika aku sedang menyiram bunga bersama Ayyasy
dalam gendonganku. Ternyata Ayah sudah pulang.
“Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikumussalam. Alhamdulillah pulang lebih awal, Yah. Jam 4 sore
udah sampai rumah. Mau Bunda buatkan teh seperti biasanya?”, jawabku
sembari mencium tangan Ayah sebagai sambutan selamat datang seperti biasa.
“Boleh. Aku mandi dulu ya, Bunda…”, jawab Ayah dengan raut muka
lelah tergambar jelas di wajahnya.
Kujawab dengan senyuman.
Dengan bergegas aku
menaruh ciduk lalu mencuci tangan. Ayah
berlalu menuju kamar untuk persiapan mandi, sedangkan aku menuju dapur, dengan
Ayyasy masih dalam dekapanku.
___
Aku membuka
percakapan sore ini.
“Yah, sudah seger?”
Ayah mengangguk.
Begitulah suamiku,
tak banyak bicara. Walau begitu, dari perilakunya aku tahu dia terbaik untukku.
Akhlaqnya mempesonaku, selalu. Bicaranya kalau memang perlu. Merayuku pun
tergolong langka. Namun aku suka. Mengapa?
Karena dia suamiku :’)
“Yah, Bapak Ibu tadi telepon. Menanyakan S2 ku. Aku dilema. Afwan.”,
bicaraku terbata memulai pembicaraan berat ini.
“Terkadang menangis itu perlu kok, Sayangku…”, ujarnya. “Sini mendekat sama Ayah, udah wangi kok…”
Aku tersenyum malu
sembari bersandar padanya.
“Ayyasy udah tidur?”
“Sudah. Tadi pas di dapur membuat teh, dianya tertidur. Sekarang sudah tidur
nyenyak di kamar. Sudah tenang, Ayahnya sudah dirumah.”
Ayah mengangguk kecil
lalu melanjutkan bicara.
“Istriku, aku menyayangimu, dengan apapun kondisimu, orangtuamu,
keluargamu. Suamimu ini disini, telah menawarkan hati untuk berpetualang
bersama. Jadi, izinkanku bersamamu selamanya, semoga sampai di surga.”
Aku tergugu.
“Kalau Bunda mau menangis, Ayah selalu rela menyediakan bahu. Bersediakah
engkau Bunda melengkapi segala kekurangan Ayah?”
Aku menitikkan
airmata lalu memeluk suami tercintaku itu erat, semakin erat. Dialah Ali ku,
pria yang kunikahi 2 tahun lalu dalam kondisi yang penuh perjuangan :’D
Lelaki yang tak
banyak bicara, namun sekalinya bicara mampu meluluh lantahkan hatiku. Itu
sungguh.
Rabbi, kuatkan kami
supaya mampu melalui setiap ujianmu. Istiqomahkan kami untuk bisa mempersiapkan
bekal kelak di akhirat. Satukan kami di dunia, semoga sampai surga-Mu. Aamiin.
Mawar
Ramadhan
Bantul,
1 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar