Rabu, 03 April 2013

Siapakah Lelaki Beruntung Itu?




Senja April tanggal 3, ketika aku masih dalam perjalanan pulang dari kerja, getar hp menandakan bahwa ada message masuk. Walau masih dalam perjalanan, kupaksakan membuka hp, kebiasaan yang sulit kuubah. 

Kamis ngajar ga, ukh?’, message dari Ais sahabatku ternyata.

Kujawab, “Iya ukh, fullday dari Senin-Jumat. Knp, mau ngajak kemana?

Sohibku yang satu ini biasanya ngajak jalan, karena dia hobi sekali dengan itu. Untuk merefresh pikiran tentu saja. Terkadang ajakannya ga jelas dan tiba-tiba, memang. Tergantung mood-nya.

Ini lanjutan obrolan kami..

Jalan yuk. Bisa izin kan? [tuh kan bener, ngajak jalan, batinku] ! Masa gue izin kerja dengan alasan jalan-jalan -_- ! Bilang aja ada temen yang mau nikah, wkwkwk [mulai ngaco nih..] ! ??? [sebelum kubalas sms yang satu ini, aku berpikir lama sekali. Baru aja aku sampai rumah, terduduk di kasur, masih dengan kondisi bawa tas. Aku berpikir. Ais bercandakah? Kok ngajak aku bolos kerja? Engga masuk akal deh. Lalu akhirnya kubalas juga messagenya] Anti? Mau nikah? Serius? | Iyalah -_-“ | [balesan macam ini apa ini, batinku, lalu aku tanggepin aja candaannya] Uwaa, Ais, barokallah… | [beberapa saat lamanya hingga ia bales lagi] Heh, anti kok wis ngucapke? | [gue makin bingung dengan tanggapannya ini, seriusss] Lah tenanan ora je? [Aku masih geregetan, trus nyanyi lagunya Sherina, hiyaa] | Iya ukh, tenanan. | Alhamdulillah.. [aku terpaku dan tak banyak kata yang mampu kuucapkan]

Itulah sedikit percakapanku dengannya. Iya, memang bertele-tele tapi sangat berkesan. Kau tahu Is, kata-katamu yang mengatakan alasan engkau menikah lebih dulu? Ah, itu tak perlu kutulis di sini. Cukup kusimpan saja di hati ^.^
Aku masih belum percaya, Ais nan jelita, akan menggenapkan separuh diennya. Sekarang?

Sekiranya begitu obrolan kami dalam pesan singkat tersebut, dan pembahasan kami menghasilkan kesimpulan bahwa Sahabatku Ais akan segera menggenapkan separuh diennya. Aku bahagia dan sedih pula. 

Baru saja aku sampai rumah lalu tergugu beberapa saat di kamar. Diam menatap telepon seluler dalam genggamanku. Aku merasa kehilangan. Iya benar, sahabat yang selama ini selalu sedia dan siaga saat kubutuhkan, harus ‘pergi’. Aku pun bahagia, sungguh. Namun, aku juga sedih. Ah, tak perlu bermuram. Toh ini hari bahagianya, gerbang barunya dalam kehidupan. Semoga barokah, Ais sholihah..

Setelah membereskan semua kegiatan sore ini, aku kembali menatap telepon selular. Kuketik message.

Is, esok sore selepas kerja, aku mampir kos.

“Oke..”, jawab Ais singkat.


Pukul 15.35, aku kendarai motorku menuju Tasniim. Singkat cerita aku dan Dwika ‘menginterogasi’ Ais. Ia ceritakan semua, hingga tak ada lagi yang tersisa. Yang bisa kami ucap ketika itu hanyalah ‘Alhamdulillah..alhamdulillah..alhamdulillah..’

Sebuah kisah sepasang manusia, yang dipertemukan dengan cara yang indah. Ais dan calonnya, adalah teman lama. Dengan sebab ini, aku semakin yakin bahwa kalau sudah jodoh yang tertulis di Lauhul Mahfudz, pasti tak akan kemana, walaupun terpisah jarak dan waktu, pasti akan dipertemukan kembali. Keduanya belum lulus kuliah, Kawan. Kisah yang indah, bukan? Kalau bukan karena Allah, siapa lagi? :D

Teringat message terakhirmu :
"Beres-beres kamar. Nemu majalah-majalah yang dibeli jaman SMK dulu. Ada salah satu majalah yang membuatku langsung tersenyum. Temanya Antara Amanah, Nikah dan Maisyah. Mendadak teringat jaman kelas 3 SMK. Dalam hati dulu berkata Besok harus nikah muda dan merasakan nikah sebelum lulus kuliah. Hahaha."

Kompooorrr!!!

Aku tahu, keinginanmu menikah sudah lama. Tapi kau tetap tegar pertahankan prinsipmu. Dengan itu, Allah tahu. Allah telah menyampaikannya kepada hati yang tepat. Seorang lelaki sholih yang berani datang ke orangtuamu, tanpa banyak cakap denganmu. Dan, kisah kalian dimulai :)

Perjuangan Ais untuk mendapatkan ridho orang tua, inspiring. Tak mudah memang, tapi seorang Ais mampu melaluinya. Kini, persiapkan dirimu, Sahabat. Butuh waktu untuk aku mampu mengungkapkan ini. Aku merelakanmu, bersamanya. Semoga limpahan rahmat Allah selalu menyertai kalian, dimanapun, kapanpun. Aku tahu, ukhuwah tak mengenal jarak dan waktu. InsyaAllah cinta kita akan tetap bersemi. Jarak dan waktu akan membuktikan cinta kita, menguji kesetiaan dengan rasa yang namanya ‘rindu’. Bukan begitu?

Teruntuk sahabatku, Ais, yang akan segera menggenapkan separuh diennya 18 April mendatang, Barokallahulaka wabaraka’alaika wajama’a baina kuma fii khairi. 


Mawar Ramadhan
Bantul, 3 April 2013 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar