Selasa, 22 Desember 2015

Bijaknya Beliau, Menguatkan Keistiqomahan

Bijak kami saling melengkapi. 

Eh sebentar, kalimat itu tepat ga ya? *mikirkeras
Kayaknya perlu diralat jadi begini "Bijaknya beliau melengkapiku". Kenapa diralat? Karena, aku ga bijaksana tauuuu :DDD
Dan inilah salah satu, yang aku belajar atasnya, hihihi

Ada yang kenal beliau? Siapa siapa siapa? 
Suamiku :) 

Kalau kenal, pasti menyadari bahwa beliau tipikal extraordinary person. Seorang di luar perkiraan dan tak bisa disangka-sangka. Bahkan, ketika aku dalam posisi melow bisa tiba-tiba tertawa ngakak guling-guling melihat tingkahnya. Orang yang ga ada jaim-jaimnya, beliau aslinya ya seperti beliau yang terlihat dari luarnya itu. Cuma satu hal yang ga bisa semua orang tahu. Hatinya. Iya, akupun yang sejak kecil mengenalnya, baru menyadari ini ketika sudah menjadi istrinya. 

Hatinya seluaaasss samudera. Penjagaan hatinya laksana emas yang tertimbun berjutaaa tahunnya. Pengertian dari hati akan setiap salahku, setinggi angkasa. Hati pemaafnya bagai tulisan pasir di pantai yang dengan segera terhapus segala kesalahan-kesalahanku padanya. 

Siapa yang punya akun facebook? Baiklah, semuanya punya. hehehe. 
Begini, suatu kali, pernah aku iseng bertanya, "Biya, tertarik pasang foto narsis kita berdua di facebook, ga?
Biasalah, perempuan pasti memiliki kegundahan seperti aku ini. Namun aku sih sekedar bertanya, tak berharap juga untuk memasang foto narsis kami berdua. 

Tak menyangka, seorang humoris seperti beliau bisa menjawab, "Masih banyak hati-hati yang harus kita jaga, Mi. Temenmu banyak yang belum nikah kan? Temen-temenku juga."

Eh eh eh, aku sempet terdiam lama. Inikah jawaban yang keluar dari mulut suamiku, yang kesehariannya penuh dengan bincang canda? 
*kedipkedipmata lalu tersadar, benar adanya, hahaha

Istiqomah itu tak mudah, memang. Banyaaaakkk syekali kami temui fenomena akhwat yang menjaga diri untuk tak posting foto dirinya sebelum menikah, dan setelah menikah akhirnya memasangnya. Menurut kami, apa bedanya? -_- 

Kalau kami dari awal memiliki prinsip sama terkait hal ini, bahwa memasang di sosial media (facebook terutama) tak apa, tapi ga yang narsis, bukan yang isinya cuma muka. Buktinya, di facebook kami masing-masing ada foto, ihihi. Alasan yang dipertimbangkan adalah banyak, selain yang disebutkan di atas, karena banyaaak alasan yang lainnya, dan insyAllah ada dalilnya. 
Contohnya, foto kayak begini nih yang diperbolehkan (oleh suami)... 


Em, sama aja bikin baper ya? Yaaa maaappp XD 
Intinya ga muka deh, karena itu yang perlu dijaga, apalagi wanita. Dan beliau, ahlinya, dalam menjagaku, wanitanya. Palingan keliatan dari samping-sampingnya aja :') 

Doakan kami supaya istiqomah, istiqomah, istiqomah dalam kebaikan, dalam memegang prinsip, semoga tak asal mengikuti arus yang ada, yang istilah kerennya antimainstream

Berhikmah, bahwa PASTI ada sifat dan karakter pasangan yang sejatinya itu melengkapi kekurangan sifat dan karakter kita.
Carilah, dan kau akan terkagum, betapa banyaknya hal itu :') 

Senin, 21 Desember 2015

Hari Ibu? Kapan?

Bakti kita kepada orang tua, salah satunya adalah SENANTIASA BERLAKU BAIK KEPADANYA.

Beberapa hari lalu, ketika orangtua saya bertolak ke Depok, saya lambaikan tangan kepada beliau berdua dengan menahan isak. Tangis saya tahan, dan ketika sampai rumah, tumpahlah itu airmata. Betapa sedihnya, karena pada saat itu Allah menyadarkan saya bahwa beliau berdua, sudah usia. Saya tak henti-hentinya berdoa hari itu, sepanjang orangtua saya dalam perjalanan. 

"Ya Allah, jaga keselamatan mereka, jaga kesehatan mereka, berkahilah setiap langkah mereka, aku...belum siap mereka tinggalkan. Bersamakan kami lebih lama lagi (dan semoga hingga berkumpul kembali di Surga), panjangkanlah umur mereka..."

Aku merasa belum berbuat apa-apa untuk mereka, menjadi perempuan shalihah pun masih jauh ya Allah. 

Pun hal yang sama ketika saat ini saya sudah menikah. Ibu suami. Iya, ibu saya yang kedua. Sama-sama baiknya, sama-sama sayangnya. 
Hal yang bisa saya lakukan hanyalah, mengingatkan suami untuk tak lupa menelepon beliau, yang notabene kondisi suami merantau jauh dari ibunda. 
Hal kedua yang bisa saya lakukan, hanya 'mengalah' demi senyum ibunda mertua. Iya. Contoh kecilnya, dalam hal fashion suami, ibunda mertua selalu memberikan pendapatnya yang tak jarang bertentangan dengan pendapat saya. Tapi, saya tak masalah insyAllah. Saya minta suami menuruti selera ibundanya (meski seringnya suami lebih sependapat dengan selera saya, wkwkwk). 

Apapun yang terjadi, tetaplah berbuat baik, bersikap baik, fisik hati dan jiwa, kepada beliau orangtua kita, beliau berempat :') 

Kami akan senantisa belajar untuk lebih memahami mereka, mengerti mau mereka, untuk senyum kebahagiaan dan kenyamanan hati mereka. 
Hanya kepada-Mu kami memohon perlindungan, ya Allah... 

Selamat Hari Ibu dan Bapak, setiap detik :'D 

Rabu, 09 Desember 2015

You Are My Life

Written by: Olmi, Twist & Stanbury
Arrangement: Maher Zain
Choir arrangement: Jeremy Karodia
Singing by: Harris J 
Video by Osama Alsaadi
Youtube: Video 


Source: Google


O Allah!
You're the light that shines above
You're the reason I never give up
You're The One I try for, live my life for
Give up all I have
You're the melody, You're the key
All the inspiration I need
And when times get tough
I know You'll stand by me

You are the love I need
The One who is guiding me
And You know my destiny
For You are The Light

CHORUS:
And You are my life
Oh oh oh 

O Allah!
Your words light up my heart
This connection I've felt from the start
I’ll never lose sight of my dreams
Without You where would I be?
And although I feel like I'm 
A million miles away from home
I can lose all that I have and when I feel the pain
I know that I can count on You 

You are the love I need
The One who is guiding me
And You know my destiny
For You are The Light

CHORUS:

When I reach the final chapter
I know it’s only You that matters, oh
So I give it my all 
‘Cause I’ll stand alone that day

CHORUS 

And You are my life


Selasa, 01 Desember 2015

Pesona Sang Nabi

Source: 
Majalah Tarwabi edisi 92 Th. 6/Rajab 1425 H/2 September 2004 M ~ Serial Cinta Anis Matta



Kalau saja aku adalah Muhammad,” kata Iqbal, “aku takkan turun kembali ke bumi setelah sampai
di Sidratul Muntaha.

Iqbal barangkali mewakili perasaan kita semua: pesona keteduhan di haribaan Allah, di puncak langit ke tujuh, di Sidratul Muntaha, terlalu menggoda untuk ditinggalkan, apalagi untuk sebuah kehidupan penuh darah dan air mata di muka bumi.

Dua kehidupan yang tidak dapat diperbandingkan. Sebab perjalanan ke SidratuI Muntaha itu memang terjadi setelah sepuluh tahun masa kenabian yang penuh tekanan, disusul kematian orang-orang tercinta yang menjadi penyangga, Khadijah dan Abu Thalib. Perjalanan itu perlu untuk menghibur Sang Nabi dengan panorama kebesaran Allah SWT.
Tapi SidratuI Muntaha bukan penghentian. Maka Sang Nabi turun ke bumi juga akhirnya. Menembus kegelapan hati kemanusiaan dan menyalakannya kembali dengan api cinta. Cintalah yang menggerakkan langkah kakinya turun ke bumi. Cinta juga yang mengilhami batinnya dengan kearifan saat ia berdoa setelah anak-anak Thaif melemparinya dengan batu sampai kakinya berdarah: “Ya Allah, beri petunjuk pada umatku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui.

Seperti juga cinta menghaluskan jiwanya sebelas tahun kemudian, saat ia membebaskan penduduk Makkah yang ia taklukkan setelah pertarungan berdarah-darah selama dua puluh tahun: “Pergilah kalian semua, kalian sudah kumaafkan,” katanya ksatria.

Dengan kekuatan cintalah Sang Nabi menaklukkan jiwa-jiwa manusia dan meretas jalan cepat kedalamnya. Maka wahyu mengalir bagai air membersihkan kerat-kerat hati yang kotor dan sakit, kemudian menyatukannya kembali dalam jalinan persaudaraan abadi, lalu menggerakkannya untuk menyalakan dunia dengan api cinta mereka.

Seketika kota Madinah menyala dengan cinta. Lalu Jazirah Arab. Lalu Persi. Lalu Romawi, Lalu dunia. Dan Rumi pun bersenandung riang:

Jalan para nabi kita adalah jalan cinta
Kita adalah anak-anak cinta
Dan cinta adalah ibu kita

Jalan cinta selalu melahirkan perubahan besar dengan cara yang sangat sederhana. Karena ia menjangkau pangkal hati secara langsung darimana segala perubahan dalam diri seseorang bermula. Bahkan ketika ia menggunakan kekerasan, cinta selalu mengubah efeknya, dan seketika ia berujung haru.

Begitulah sebuah pertanyaan sederhana mengantar Khalid menuju Islam. Sang Nabi bertanya kepada saudara laki-laki Khalid yang sudah lebih dulu masuk Islam: “Ke mana Khalid? Sesungguhnya aku menyaksikan ada akal besar dalam dirinya.” Khalid yang pernah membantai pasukan panah Sang Nabi dalam perang Uhud seketika tergetar. Padahal saat itu ia sedang merencanakan serangan kepada Sang Nabi menjelang perjanjian Hudaibiyah. la pun mencapai kepasrahannya.


Minggu, 29 November 2015

Rabbi habli minasshalihin

Tiba masanya, Sayangku, ketika engkau menyatakan persaksian di hadapan Allah, untuk ber-Islam sepenuhnya, lalu Allah meniupkan Ruh kepadamu. Sebutlah, banyak-banyak sebutlah "Rabbi habli minasshalihin..."

Semoga Allah ridha, semoga Allah ridha, semoga Allah ridha.

"Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a'yun, waja'alna lil muttaqina imamaa..."

Tendangan lembutmu pun tiba masanya kini, yang selalu kami nanti.
Ikhlasi jalani setiap proses yang Allah kehendaki, okay? :'D


Jumat, 27 November 2015

Kagum? Cinta?

Saudaraku, apakah bedanya antara kagum dan cinta?

Jika kita kagum kepada mawar maka kita akan memetiknya, namun jika kita mencintainya maka kita akan menyiraminya setiap hari.

--Ustadz Andik Lc.--

Senin, 23 November 2015

Aku Selalu Bangun Lebih Pagi


Credit photo by @zayanhanif
Credit puisi by @tiasetiawati2709

Sudah sering kukatakan,
jarak jauh adalah pertanda,
bahwa Tuhan ingin kita menguatkan cinta.

Maka aku ingin hati kita tetap merasa dekat,
walau kita telah dipisahkan ribuan kilometer jarak.

Aku sudah memutuskan,
untuk bangun lebih pagi dari waktu bangun tidurmu di sana.
Aku ingin suaraku lah yang kau dengarkan pertama kali.
Mengucapkan selamat pagi,
mengecupmu walau hanya melalui elegi,
dan mendengarkan suara kekanakanmu dengan berseri.

Aku ingin mengirimkan doa-doa,
walau raga kita tidak nyata saling merangkul mesra.
Aku ingin memastikan,
kau tak melewatkan waktu sarapan.
Aku ingin kau mengingatku,
sebanyak aku mengingatmu.

Maka, aku akan terus bangun lebih pagi.

Kelak nanti, akan kubuatkan kau dan putra-putri kita,
sarapan dengan penuh rasa cinta. 

Jumat, 20 November 2015

Muallaf


Alhamdulillah, tak kan habis nikmat Allah untuk disyukuri. betapa tidak, limpahan rahmat-Nya beribu, bertubi, tak terhitung. 

Sebut saja ibunda kami, kini saya memiliki 2 ibunda, keduanya muallaf. Ya, beliau berdua adalah pembelajar sejati. Betapa beruntungnya saya, memiliki ibunda dan ibunda mertua yang meski di usia senja, semangat mengajinya tak pernah pudar. saya yang -mengaku- masih muda ini tentu saja tak mau kalah.

Motivator itu bisa muncul dari mana saja kan? 
Ayok semangat belajar, sahabat :')

Rabu, 11 November 2015

Baarakallahu laka



Saat mereka mendoakan, "Baarakallahu laka"
Kubisikkan padamu, Cintamu, sehangat ciuman bidadari.
Kau menjawab, Ada barakah di kala bidadari cemburu padamu.

Ketika mereka meminta lagi pada Allah, "Wa baarakallahu 'alaika"
Lirikanmu menyelisik hatiku, Dalam badai, dekap aku lebih erat!
Bersama barakah, masalah akan menguatkan jalinan, begitu kau kuyakinkan.

Lalu mereka menutup, "Wa jama'a bainakuma fii khaiir" 
Maka tangan kita saling berpaut dan jemarinya menyatu,
Genggam tanganku, rasakan kekuatan cinta! Maka sempurnalah tiga perayaan cinta.

Di saat apapun barakah itu membawa kebahagiaan.
Sebuah letup kegembiraan di hati, kelapangan di dada, kejernihan di akal, dan rasa nikmat di jasad. Barakah itu memberi suasana lain dan mencurahkan keceriaan musim semi, apapun masalah yang sedang membadai rumah tangga kita.
Barakah itu membawakan senyum meski air mata menitik-nitik. Barakah itu menyergapkan rindu di tengah kejengkelan.
Barakah itu menyediakan rengkuhan dan belaian lembut di saat dada kita sesak oleh masalah.

-salimafillah-

Rabu, 21 Oktober 2015

Hai, Suami



Sungguh penghargaan yang luar biasa kepada siapapun yang lelah bekerja mencari nafkah. Islam memandang bahwa usaha mencukupi kebutuhan hidup di dunia juga memiliki dimensi akhirat.

Bahkan secara khusus Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada siapapun yang kelelahan dalam mencari rejeki.

"Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan mencari rejeki pada siang harinya, maka pada malam itu ia diampuni dosanya oleh Allah SWT."

Subhanallah, masya Allah, tidak ada yang sia-sia bagi seorang muslim, kecuali di dalamnya selalu ada keutamaan.






Sabtu, 17 Oktober 2015

Meraih Jannah dari Dapur


Rasulullah bersabda, 
"Makanan yang disediakan oleh istri kepada suaminya adalah lebih baik dari istri itu mengerjakan haji dan umrah.
(HR. Anas bin Malik)

Rasulullah bersabda, 
"Sekali suami minum air yang disediakan oleh istrinya adalah lebih baik dari (sang istri) berpuasa setahun."

Rasulullah bersabda, 
"Saat istri menyiapkan makan pagi dan malam, maka pahala mengalir melalui jari-jemarinya."



Rabu, 14 Oktober 2015

Unanimous

Seiya, sekata, sepakat, seiring, senada.
Selamanya. 

Kesabaran dan Kekuatan

"Puncak dari kesabaran adalah saat engkau memilih diam, padahal di hatimu ada luka yang sedang berbicara. Dan puncak dari kekuatan adalah ketika engkau memilih tersenyum, padahal di matamu ada selaksa air mata yang terbendung." 
--Ustadz Aan Chandra Thalib

Senin, 28 September 2015

CeritaJika #15 : Jika Istrimu Seorang Ibu Rumah Tangga #2

Submitted:
Arintyas Septaputri
Mahasiswi - Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)

Source: 
CeritaJika-Project by Kurniawan Gunadi

-----

Jika istrimu orang seperti aku, maka yang harus kau miliki adalah kesabaran yang lebih besar. Karena aku kadang bisa menjadi orang yang bersikap dewasa tapi aku akan sering bermanja di depanmu. Ya, hanya bermanja di depanmu. Ketika datang bulan pun perutku akan merasa kesakitan yang sangat, jadi kau harus pandai-pandai mengontrol emosi saat bersamaku ketika itu terjadi.

Aku ini seorang egois dalam hal bersamamu. Aku tidak suka melihatmu jalan berdua dengan partner kerja perempuanmu. Aku tidak suka kau bermain handphone di depanku. Dan aku ingin setiap ceritaku, kau tanggapi dan dengarkan dengan seksama.

Mungkin kau akan merasa cukup bosan dengan kata-kata I love you yang selalu ku ucapkan padamu setiap hari, puisi-puisi atau sekedar tulisanku tentangmu yang selalu kukirim untukmu, atau perhatianku yang bisa saja kau anggap berlebih. Padahal sesungguhnya aku hanya ingin memperhatikanmu, merawatmu apabila ada yang kurang, membuatmu nyaman dalam setiap keadaanmu.

Jika kelak kau disampingku, aku tidak akan pernah mau kau tinggalkan, aku butuh selalu kau di depanku, kadang di sampingku untuk memimpin dan menemani setiap langkahku dalam menjalani perjalanan singkat ini.

Kau harus siap mendengar ocehanku setiap hari, sayang. Karena aku ini tipe perempuan cerewet. Bukankah kecerewetanku dapat melatih anak kita bicara kelak? Cerewetku bukan cerewet tanpa arti, aku hanya senang bercerita apa saja yang terjadi padaku dan sekitarku, untuk kita saling bertukar pikiran dan saling mengambil pelajaran.

Dan kamu tahu, aku akan mengurangi waktu di luar untukmu dan anak-anak kelak, membangun madrasah kecil dirumah kita kelak. Rumahku kelak adalah rumah yang di dalamnya ada kamunya. Aku ingin menjadi ibu rumah tangga. Seorang ibu rumah tangga yang memiliki suatu usaha pribadi di rumah kita agar aku bisa meringankan bebanmu sedikit.

Bersiaplah untuk selalu mendengarkan setiap tangis, tawa, dan segala rasa. Karena aku adalah seorang perasa yang mudah sekali dibolak balikkan hatinya. Yang kadang kalau kesakitan menangis, kalau sedang senang menangis.

Jangan kau pikir aku hanya ibu rumah tangga yang tidak tahu apa-apa di rumah, kau harus mendakwahiku, kau harus menceritakan setiap khotbah jumat yang kau dapat padaku agar kau senantiasa mengajarkanku tentang ilmu agama. Sesekali aku akan menemanimu dalam perjalanan dinasmu, atau sekedar berlibur denganmu dan anak-anak kita.

Jika istrimu itu aku, aku akan berusaha menjadi dokter pribadimu, koki pribadimu, perawat pribadimu, psikolog pribadimu, clenaing service khusus di rumah kita semua akan kulakukan agar kau nyaman dan bis beristirahat setelah pergelutanmu di luar dengan pekerjaanmu itu.

Jika istrimu seorang aku, aku akan berusaha menjadi perempuan yang menyenangkan apabila kau melihatku, akan berusaha mematuhi kata-katamu, dan akan berusaha menjaga harta dan kehormatanmu saat kau berada jauh. Tapi jauhnya jangan lama-lama ya. 

-----

Jumat, 25 September 2015

Rejeki Istri Shalihah

Aku punya kawan lama SMP, yang kini Allah pertemukan kembali di kampus pasca UNY. Sebut saja namanya TM. Dia banyak sekali menjadi perantara dari Allah untuk membuatku bersyukur banyak-banyak. Terakhir kali, kami bertemu karena suatu urusan, yang kemudian pembicaraan kami merembet pada tesis. Benar, hal sensitif sekali bagiku. Dia sudah yudisium, tinggal menanti wisuda kelulusan. Sedangkan aku, masih harus melalui perjuangan panjang. Ketika itu, ucapanku cenderung menggerutu, dan kemudian dia berkata yang langsung mengusik hatiku, "Maw, semua ada jatahnya masing-masing, termasuk kelulusan, pasti ada hikmahnya kok, ada yang lain, rejeki istri shalihah..." 

Waaaahhh, aku langsung melongo, Allah pertemukan kami kembali supaya aku menyaksikan proses pendewasaannya. Benar, kawanku TM, terimakasih telah hadir menjadi bagian hidupku, sejak SMP hingga sekarang... 



Ps: Oya, TM ini embak-embaknya, putri, shalihah insyaAllah. Masih single (ini pula yang membuatku semakin terkagum padanya, bisa berkata tentang 'rejeki istri shalihah' kepadaku yang sudah menikah, hihi), kalau berkeinginan, silakan cari dirinya ^.^

Senin, 21 September 2015

WOMAN

"A woman is half of the ummah and she gives birth of the other half. So, she is the whole ummah." 
--Ibn Qayyim al Jauzy

Muslimah, apakah engkau ada iri yang disebabkan oleh begitu banyaknya lahan jihad yang Allah sediakan untuk laki-laki. Maka, kemarilah, kuberitahukan sesuatu hal yang akan membuatmu banyak bersyukur, karena tak sedikitpun Allah akan menzalimi hamba-Nya. 

Copyright: @zayanhanif

Thabrani meriwayatkan bahwa Sallamah –perempuan yang mengasuh Ibrahim bin Rasulullah—berkata: “Wahai Rasulullah, engkau telah memberikan kabar gembira kepada kaum laki-laki berupa berbagai macam kebaikan, sementara engkau tidak pernah memberikan kabar gembira kepada kaum perempuan?" 
Rasulullah pun bertanya: "Apakah kamu telah disuruh oleh teman-temanmu sesama perempuan untuk menanyakan hal ini?" 
Sallamah menjawab: "Benar, mereka telah menyuruhku."
Rasulullah bersabda: "Apakah seseorang dari kalian tidak senang bila dia mengandung janin dari suaminya, lalu suaminya ridha kepadanya bahwa dia berhak mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berperang di jalan Allah dengan berpuasa di siang harinya dan berqiyamullail di malam harinya? Apabila dia merasakan sakit ketika melahirkan, para penghuni langit dan bumi tidak ada yang mengetahui berapa banyak pahala yang tersimpan untuknya. Ketika dia telah melahirkan, maka tidaklah keluar setetes air susu dan tidaklah dihisap satu hisapan air susu pun, kecuali dia akan mendapatkan satu kebaikan atas setiap tetes atau satu hisapan air susunya itu. Apabila dia tidak bisa tidur semalaman suntuk untuk mengurus bayinya, maka baginya pahala seperti pahala membebaskan 70 budak di jalan Allah."



MasyaAllah, subhanallahi wa bihamdihi, subhanallahil'adzim. Banyaklah bersyukur, wahai perempuan. Bersyukur, bersyukur, bersyukur... 
Itulah salah satu serial cinta Allah kepada engkau, wahai muslimah... 

UKHUWAH

Kuingin membagi cintaku pada saudari semuanya.
Karena sungguh mereka begitu spesial buatku.
Maka mereka menempati satu sudut-sudut di hatiku.
Saya khawatir, jika sempat menyakiti pula mereka dengan ketidaksempurnaan saya dalam menghuluri cinta pada mereka.
Inginku seperti Rasulullah, para sahabat mendapatkan porsi cinta yang sama, hingga tak ada yang merasa tercemburui satu sama lain.
Karena masing-masing mendapatkan tempat spesial, yang satu dan lainnya tak dapat saling tergantikan.
Saya ingin mencintai mereka dan saya ingin mencintai sahabat-sahabat yang mereka cintai.
Saya ingin menempatkan persaudaraan kita pada tempat yang tepat.
Yang tidak menyakit di suatu saat tiada dan tidak juga terhilang meski lama tak bersua.
Karena cinta yang ada semata karena Allah.
Karena persaudaraan yang berdasar aqidah.
Tidak pun mengenal tempat, suku, darah, dan apapun.
Dan yang pasti karena kita disatukan dengan tali-tali ukhuwah yang begitu indah.
Tali ukhuwah yang begitu panjang, hingga sanggup melingkar luas namun rapat.
Rapat menyatu dalam ketetapan yang tepat.
Tepat dengan dasar yang kuat mantap.
Dan itulah, yang saya sedang belajar atasnya.
Sedikit demi sedikit, menikmati proses yang ada.
Karena tiap potongan itu begitu berharga.


--salimafillah, dengan editan yang disesuaikan tanpa mengubah makna 

Jumat, 11 September 2015

JIHAD

Tiada masa jihad dalam beragam bentuknya, tanpa pengorbanan sedikit pun. Terkadang masa yang tidak dipastikan hasil akhirnya tersebut sangat membutuhkan tingkat kepasrahan yang mendalam kepada Allah swt. 

...dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenar, kalau mereka mengetahui.
(Al-Ankabut: 64)

Selasa, 11 Agustus 2015

Apa Kabar Hatimu?

“Apa kabar hatimu? Masihkah ia seperti embun? Merunduk tawadhu dipucuk daun..

Masihkah ia seperti karang? Berdiri tegar menghadapi gelombang ujian..

Apa kabar imanmu? Masihkah ia seperti bintang? Terang benderang menerangi kehidupan..

Semoga Allah senantiasa melindungi dan menjagamu, Saudaraku.”

--embundawah-- 

Senin, 03 Agustus 2015

Ada Cinta dalam Hadiah

"Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai."
(HR. Abu Dawud)

Sesungguhnya, kata Syaikh Saleh bin Ahmad al-Ghazali, saling tukar menukar hadiah dan memeringati hari-hari khusus yang diistimewakan, pandangan-pandangan yang menimbulkan kasih sayang, sambutan yang mesra, perpisahan yang hangat, campur baurnya mengerjakan suatu pekerjaan, saling memerhatikan saat berbicara, serta mengungkapkan perhatiannya yang besar kepada pihak lain dengan penuh semangat adalah cara-cara yang patut dilakukan suami-istri untuk mengabadikan dan mengembangkan cinta di antara mereka berdua. 



Jika Anda masih berpikir bahwa bunga kurang nilai kemanfaatannya --tapi terkadang istri menghajatkannya-- maka yang lain bisa menjadi alternatif, parfum, perhiasan, perangkat ibadah, dan sebagainya. Berikanlah dengan cinta, atau minimal dengan niat mengikhtiarkan cinta. 

Kita bisa saja memberi tanpa mencinta, tapi kita tak pernah bisa mencinta tanpa memberi. 

#salimafillah #bahagianyamerayakancinta #baarakallahulaka #loveserial

Minggu, 02 Agustus 2015

Aku Memilih Setia


Kesetiaan itu mahaaal harganya. Manusia, jika Allah menganugerahimu seseorang yang setia tak kuasa mendua (apalagi meniga, meng-empat, dst...), syukuri, sayangi, jangan pernah lepaskan ia selamanya.

Sungguh, ketenangan batin dapat dicapai jika kita didampingi seorang yang setia, kepada Tuhannya, kepada wanitanya. Pasangan memang beraktivitas berkawan dengan banyak manusia lawan jenisnya, namun dalam tatapan matanya, hanya ada kita, kekasih halalnya.

Maka, nikmat Allah mana lagi yang kamu dustakan? 

Jumat, 10 Juli 2015

Ada Cinta dalam Kata

"Cinta", kata ustadz Anis Matta dalam serial cintanya yang bertajuk Cinta Terkembang Jadi Kata, selalu membutuhkan kata. Tidak seperti perasaan-perasaan lain, cinta membutuhkan kata lebih dari apapun. Maka ketika cinta terkembang dalam jiwa, tiba-tiba kita merasakan sebuah dorongan tak terbendung untuk menyatakannya dalam kata. Sebatas sorot mata, takkan mampu mengungkapkan semuanya. Mata hanya sanggup menyampaikan pesan bahwa ada badai di laut jiwa. Hanya itu. 

"Sebab", kata beliau lagi, " cinta adalah gelombang makna-makna yang menggores langit hati, maka jadilah pelangi. Goresannya kuat, warnanya terang, paduannya rumit, tapi semua nyata." 
Indah. 

"Itu sebabnya", beliau meneruskan, "ada surat cinta. Ada cerita cinta. Ada puisi cinta. Ada lagu cinta. Semuanya adalah kata." 

Lalu bagaimana mengikhtiarkan cinta dengan kata? 




Pertama, kata ustadz Fauzil Adhim dalam Agar Cinta Bersemi Indah, sebutlah namanya dengan cinta, dan ada panggilan sayang untuknya. Rasulullah memanggil Aisyah dengan Aisy (Aisyah kecil), Khumairaa (yang kemerahan pipinya), dan juga Muwaffaqah (yang dikaruniai taufik). Ketika rumah tangga mulai beku tanpa cinta, panggilan mesra dapat membangkitkan kehangatan dan cinta. 

Boleh jadi Anda memang bukan pujangga, tetapi kita harus melatih diri untuk pandai merangkai kata. Cara berpikir maskulin yang mengatakan bahwa kata-kata tidak penting, dan yang penting adalah bukti bahwa kita mencintai, hanya tepat dipakai dalam persahabatan di dunia lelaki. Wanita membutuhkan kata. Ia ingin mendengar bahwa Anda benar-benar mencintainya. 

Ikhtiarkanlah cinta dengan kata-kata. Dan dunia akan menyaksikan kelahiran pujangga baru. Anda! Tak harus untuk dunia, tetapi untuk seorang wanita shalihah yang lebih berharga daripada dunia seisinya. Biarkan hati Anda menyanyi, biarkan kata-kata melagukan cinta. Lewat telepon mesra, sms romantis, surat cinta, puisi cinta, nasyid cinta, semuanya.

Katakan. Tuliskan. Tuangkan. Senandungkan.

Duhai kekasih hati. Kugubahkan nasyid ini. Sebagai tanda cinta suci. Dalam naungan Ilahi. 
-Suara Persaudaraan: Dialog Dua Hati-

#salimafillah #mohammadfauziladhim #bahagianyamerayakancinta #barakallaahu

Jumat, 03 Juli 2015

Ada Cinta dalam Canda dan Kekanakan Kita

"Jadilah seperti anak-anak di hadapan istri kalian."
(Umar bin Khaththab ra)

Umar yang gagah, tegas, keras, dan penuh keseriusan itu menganjurkan agar kita bersikap seperti kanak-kanak. Hebat bukan? Bukanlah karena masa kecil kurang bahagia kalau kemudian hal ini dianjurkan. Tetapi kepenatan jiwa yang sangat setelah mengurusi berbagai persoalan berat sering membuat kita merindukan masa kecil. Itulah saat di mana kita merasa bebas berekspresi, mengungkapkan luapan jiwa dengan penuh canda tawa yang lugu dan polos. Anda memang perlu teman bercanda. Nah, kalau ada istri di sisi, kenapa repot-repot mencari? 




Bercandalah, bercintalah, bermesralah. Meski harus tetap ada kehati-hatian. Jelaskan pada istri bahwa Anda menyukai canda-canda berpahala. Latih dia untuk membedakan mimik serius dan mimik canda Anda. Agar ia tak salah paham, agar ia tak memendam kekesalan, agar ia tidak memendam benci. Dengarlah ia sesudah canda, tentang suara hatinya, tentang perasaannya, tentang harapan, persepsi, cita-cita, dan cintanya. 

#salimafillah #bahagianyamerayakancinta #baarakallahulaka #loveserial 

Minggu, 07 Juni 2015

Ini Aja Baru Tentang Makan



Alhamdulillah wa syukurillah. Allah paling tahu yang terbaik untuk ciptaan-ciptaan-Nya. Untuk kasus saya, yang seorang manusia dari golongan sulit makan nasi, diberi pasangan dunia akhirat (aamiin) seorang manusia juga dari golongan omnivora (pemakan segala), termasuk nikmat Allah yang begitu sangat luar biasa. Saya jadi memiliki pendamping yang senantiasa mendukung untuk doyan makan. 

Namun pastinya, ada efek samping pula sebagai rangkaiannya, yaitu saya jadi ketergantungan. Ketergantungan bagaimana? 
Begini loh, saya jadi manusia yang ga doyan makan kalau ga sama suami. Padahal kami notabene adalah pasangan menikah yang statusnya LDM. Apa saya harus puasa nasi jika lagi berjauhan? Nah berabe kan gegara efek sampingnya? Krik -___- 


Setetes Darah Istri Tercinta

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

SUBUH itu kami baru saja menikmati sahur pertama bulan Ramadhan, ketika tiba-tiba istri saya mengeluh sakit perutnya. Sempat muncul tanda tanya apakah istri saya akan melahirkan, tetapi kami sempat ragu karena HPL-nya masih 11 hari lagi. Agar tak salah penanganan, kami segera memeriksakan diri ke bidan terdekat di Tambakberas, Jombang. Ternyata, bidan Sri Subijanto melarang pulang. “Sudah bukaan lima,” kata Bu Sri.

Bu Sri mendampingi beberapa saat. Barangkali dirasa masih agak lama, Bu Sri meninggalkan ruangan bersalin. Meski hanya sebentar, tapi ternyata inilah saatnya bayi saya lahir. Dengan ditemani seorang pembantu bidan dan Bu Lik (tante), saya mendampingi istri melewati saat-saat yang mendebarkan. Di saat-saat terakhir, istri saya nyaris kehabisan tenaga. Tak berdaya. Ingin sekali saya mengusap keringat di keningnya, tetapi tak ada saputangan di saku saya. Lalu, saya coba menggenggam tangannya untuk memberi kekuatan psikis. Saya tak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Tapi saya lihat ada semangat yang bangkit lagi. Sedangkan di matanya, kulihat airmata yang hampir menetes.

Saya ingin sekali rasanya berlari memanggil bidan, tapi tak tega meninggalkannya. Saya hanya berharap Allah akan memberi pertolongan. Alhamdulillah, hanya satu jam di ruang bersalin, anak saya lahir. Seorang laki-laki.

Tidak sedih, tidak gembira. Hanya perasaan haru yang menyentuh ketika saya membersihkan kain yang penuh dengan darah dan kotoran istri. Setetes darah istriku telah mengalir untuk lahirnya anakku ini. Ia merelakan rasa sakitnya untuk melahirkan. Ia telah mempertaruhkan nyawa untuk keselamatan anaknya. Maka, apakah aku akan membiarkan anak-anakku hanya tumbuh besar begitu saja tanpa pendidikan yang betul-betul baik dan terarah? Rasanya, terlalu berharga pengorbanan istriku jika aku tak serius membesarkan anak-anak yang dilahirkannya.

Diam-diam kupandangi anakku. Ingin kusentuh ia dengan tanganku. Tetapi aku harus bersabar dulu. Setelah asisten bidan selesai mengurusinya, kurengkuh ia dalam pelukanku. Lalu kuperdengarkan di telinganya azan dan iqamah yang kuucapkan dengan suara terbata-bata. Semoga ucapan awal ini membekas dalam hati dan jiwanya, sehingga kalimat ini memberi warna bagi kehidupannya. Konon ungkapan-ungkapan awal pada masa komunikasi pra-simbolik ini akan banyak menentukan anak di masa-masa berikutnya. Begitu bunyi teori komunikasi anak yang pernah saya pinjam saat menulis buku Bersikap terhadap Anak (Titian Ilahi Press, Jakarta, 1996).

Sekali lagi kupandangi anakku. Tubuhnya yang masih sangat lemah, terbungkus kain yang saya bawa dari rumah. Hatiku terasa gemetar melihatnya. Saya teringat, ada satu peringatan Allah agar tidak meninggalkan generasi yang lemah. Allah Ta’ala menggunakan perkataan, “… hendaklah kamu takut….” Tetapi saya dapati dalam diri saya, masih amat tipis rasa takut itu. Lalu dengan apa kujaminkan nasib mereka jika rasa takut ini masih belum menebal juga? Ya Allah, tidak ada Tuhan kecuali Engkau, dan aku dapati diriku ini masih termasuk orang-orang yang zalim.

Diam-diam kupandangi anakku sekali lagi. Kuusap-usap kepalanya. Kukecup keningnya, seraya dalam hati aku mohonkan kepada Allah keselamatan dan kemuliaan hidupnya. Pengalaman menemani istri di detik-detik persalinannya telah mengajarkan kepadaku sesuatu yang sangat berharga, “Anak yang dilahirkan dengan darah dan airmata ini, jangan pernah disia-siakan. Ibu yang melahirkan anak ini, jangan pernah dinistakan.” Mereka adalah amanat yang telah kuambil dengan kalimat Allah, dan semoga Allah memampukanku untuk mempertanggungjawabkannya di hari kiamat kelak.

Setelah merasakan pengalaman mendampingi detik-detik persalinan istri, saya merasa sangat heran terhadap para suami yang masih tega menampar istri atau menyia-nyiakan anaknya. Saya juga merasa sangat heran terhadap sebagian rumah sakit yang masih saja melarang suami terlibat langsung dalam proses persalinan istrinya, sebagaimana ketika istri saya melahirkan anak pertama saya di Kendari. Padahal keterlibatan suami dalam proses persalinan dari awal sampai akhir, sangat besar manfaatnya. Baik bagi istri maupun bagi hubungan ayah dengan anak.

Kedekatan psikis (attachment) antara ayah dengan anak akan lebih mudah terbentuk apabila ayah berkesempatan menyaksikan secara langsung detik-detik persalinan itu. Di sisi lain, saya kira seorang istri akan merasa sangat berbahagia kalau suaminya bersedia mendampinginya di saat ia sangat membutuhkan dukungan psikis dan kehangatan perhatian.

Saya tidak tahu apakah istri saya lebih bahagia dengan kehadiran saya mendampinginya. Tetapi saya kira Anda –para ummahat— akan lebih senang jika suami Anda bersedia mendampingi persalinan Anda. Bagaimana?

Berbincang dari hati ke hati 

Kamis, 28 Mei 2015

Yuk, Bantu Suami Dalam Urusan Akhirat

Ayo belajar, hei kau Ibu baru...! *teriak pakek toa *diarahkan ke diri sendiri


Rasulullah SAW, bersabda: 
"Hendaknya salah seorang diantara kalian mempunyai qalbu yang bersyukur, lisan yang senantiasa berzikir , dan istri yang beriman yang dapat membantumu dalam urusan dalam urusan akhirat."
(HR Ibnu Majah)

Abu Adzinah Ash Sudfi menuturkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: 
"Sebaik-baiknya istri kalian adalah yang penyayang, banyak anak (subur), suka menghibur dan membantu jika ia bertaqwa kepada Alla.
(HR Al Baihaqi

Rasulullah bersabda: 
"Janganlah seorang wanita mengizinkan seseorang berada di rumah suaminya kecuali dengan izin suaminya dan janganlah ia bangkit dari tempat tidurnya lalu mendirikan sholat sunat kecuali dengan izin suaminya." 
(HR Ath Thabrani)

Diantara kebaikan pergaulan seorang istri terhadap suaminya yaitu keridhoannya jika suaminya memarahinya. 
Rasulullah bersabda:
"Ingatlah, aku telah memberitahu kalian tentang istri-istri kalian yang akan menjadi penduduk surga, yaitu yang penyayang, banyak anak (subur), dan banyak memberikan manfaat kepada suaminya, dan jika ia menyakiti suaminya atau disakiti, ia segera datang hingga berada di pelukan suaminya, kemudian berkata 'Demi Allah aku tidak bisa memejamkan mata hingga engkau meridhoiku.'
(HR Al Baihaqi)

"Allah pasti akan memasukkan mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Allahpun menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Yang demikian itu sesungguhnya di sisi Allah merupakan keberuntungan yang besar."
(QS Al Fath 48:5)


Itu baru sekelumit umprit loh belajarnya. Ayoook belajar lagiii, lagiii, dan lagiii ;) 


Selasa, 26 Mei 2015

Demi Ridha Allah


“Jalan Allah memang yang terbaik. Skenario Allah merupakan yang sempurna. Manusia sering tidak bersyukur dan mengambil hikmah di setiap jalan hidup yang dialami. Padahal, di setiap guguran daun dan tetes hujan pun mengandung pesan-pesan tersirat yang menjadi pelajaran manusia. Saat kita gagal meraih mimpi, saat kita gagal menggapai cita, yakinlah bahwa kegagalan itu merupakan keberhasilan kita melewati proses dengan baik, justru ketika kita tak mau berusaha, ketika kita tak mau berproses, itulah kegagalan yang sebenarnya.
Ada banyak pertanyaan-pertanyaan yang baru akan kita temui jawabannya suatu saat nanti. Entah sebulan, setahun, dua tahun, bahkan bertahun-tahun. 
Sikap kita sebagai hambaNya diuji saat mendapati takdir yang menurut kita kurang baik.” 
–dakwatuna 

Cinta, aku hanya harus menjalankan peranku kan? Aku hanya harus taat kan?

Allāhumma-qsim lanā min khasyatika ma taḥullu bihī baynanā wa bayna ma'ṣiyatik....
"Ya Rabb karuniakan untuk kami, rasa takut pada-Mu yang menghalangi kami dari bermaksiat pada-Mu.."

Selasa, 19 Mei 2015

I Wanna Grow Old With You

By: Westlife 


Picture by: @zayanhanif

Another day without your smile
Another day just passes by
But now I know how much it means
For you to stay right here with me

The time we spent apart will make our love grow stronger
But it hurt so bad, I can't take it any longer

I wanna grow old with you
I wanna die lyin' in your arms
I wanna grow old with you
I wanna be lookin' in your eyes
I wanna be there for you
Sharin' in everything you do
I wanna grow old with you

A thousand miles between us now
It causes me to wonder how
Our love tonight
(Our love tonight)
Remains so strong
(Remains so strong)
It makes our risk right all along
(It makes our risk)

The time we spent apart will make our love grow stronger
But it hurt so bad, I can't take it any longer

I wanna grow old with you
I wanna die lyin' in your arms
I wanna grow old with you
I wanna be lookin' in your eyes
I wanna be there for you
Sharin' in everything you do
I wanna grow old with you

Things can come and go, I know
(Things can come and go)
But baby I believe
Something's burnin' strong between us
It makes it clear to me

I wanna grow old with you
I wanna die lyin' in your arms
I wanna grow old with you
I wanna be lookin' in your eyes
I wanna be there for you
Sharin' in everything you do

I wanna grow old with you
I wanna die lyin' in your arms
I wanna grow old with you
I wanna be lookin' in your eyes
I wanna be there for you
Sharin' in everything you do

I wanna grow old with you
I wanna die lyin' in your arms
i wanna grow old with you...

Rabu, 29 April 2015

~ Ingatlah Saat Airmata Berlinang dan Hatimu Terluka ~

Bukankah engkau telah melihat, bahwa setelah malam puas dengan gelap gulitanya, maka fajar pagi pun pasti datang dengan sinar cahayanya. 

Seorang sastrawan berkata,
"Bila engkau menuntut waktu untuk memenuhi segala keinginan dan seleramu, atau engkau tidak menginginkan sesuatu kecuali yang engkau sukai, maka bersiap-siaplah untuk terjatuh ke dalam lembah kesedihan. Sebab, engkau pasti akan merintih ketika kehilangan apa yang engkau impikan dan tidak memperoleh apa yang engkau dambakan. 

Namun, bila engkau sudah sadar bahwa hari-harimu itu suka mengambil dan menolak, memberi dan menahan, dan mereka tak pernah lupa dengan segala hal yang pernah mereka berikan hingga mereka mengambilnya kembali, maka ringankanlah kesedihanmu! Itulah watak dan dinamika hari-hari bagi anak Adam; baik yang tinggal di istana atau yang tidur di gubuk derita, yang berjalan dengan sandal atau mereka yang berjalan tanpa alas di muka bumi ini. Janganlah engkau menangis berlebih-lebihan dan usaplah airmatamu. Engkau bukanlah wanita pertama yang menderita karena diterjang anak panah zaman. Bahkan, deritamu juga bukan yang pertama menghiasi halaman koran-koran kesedihan dan bencana."

Picture by: @zayanhanif


Pencerahan:
Berhentilah memikirkan dosa dan pikirkanlah hal-hal baik yang akan engkau perbuat untuk menggantikannya. 

~ Aidh al-Qarni
(dalam 'Menjadi Wanita Paling Bahagia, Berlian Pertama')

~ Kutipan Gue Never Die ~

Kata seorang rekan yang sangat memahami derita bangsa Palestina, minum salah satu merk cola peraih Jubilee Award dari Israel itu, seperti meminum darah anak-anak Palestina yang mengerang oleh rentetan timah panas yang bengis dari serdadu zionis. Makan di balik gerai franchise mewah itu rasanya seperti menggigit-gigit bangkai saudara kita. 

Picture by: @zayanhanif

Wah, Akh Salim kok ikut-ikutan boikot, memangnya efektif? Pernah saya ditanya begitu. Bagi saya, bukan soal efektif atau tidaknya kampanye boikot ini. Soalnya adalah dengan apa kita akan menjawab Allah jika Ia bertanya tentang nasib muslimin di seantero dunia. Dengan apa kita menjawab, itu saja. Bahkan Rasulullah pun bersabda, “Selamatkan dirimu dari api neraka meski hanya dengan sebutir kurma!” Sebutir kurma! Ternyata, bisa saja sebutir kurma itu efektif. Efektif menyelamatkan kita dari neraka. 

~ Salim A. Fillah ~

~ Menulis Itu Berkah ~

“Dari perjalanan menulis selama ini, saya makin tahu, tak ada kendala berarti kecuali apa yang ada di dalam jiwa kita. Dulu saat masih meminjam komputer paman dan mengetikkan tulisan di rental, saya merasa sepertinya akan lebih produktif jika memiliki komputer sendiri.
Begitu memiliki komputer sendiri, ternyata sama juga. Saat itu lalu berpikir, jika punya laptop dan lebih mobile, insyaallah lebih produktif. Begitu notebook dimiliki, rasanya sama juga.
Sekali lagi saya menyadari, kendala menulis letaknya bukan di fasilitas, melainkan di dalam jiwa kita.
Kita berlindung kepada Allah dari jiwa yang lemah untuk menyampaikan kebenaran, dari hati yang bungkam untuk mencegah kejahatan. Karena itu, semua hal harus disyukuri.
Alhamdulillah, menulis itu rasanya berkah.”

~ Salim A Fillah ~

Senin, 27 April 2015

Tafakur Alam dan Cita Kami

Usai kejutan pagi beberapa hari yang lalu, beliau mengajakku jalan-jalan tafakur alam kala libur. Kali ini pantura, ya pantai lagi. Sebuah perjalanan yang akan merubah justifikasiku pada pantai utara, yang awalnya 'negatif' menjadi 'positif'.

Tapak kami selanjutnya

Pantai, senja, fajar, jalan-jalan, makan-makan, adalah beberapa hal dari banyak hal yang sama-sama kami suka. maka benarlah ketika libur tiba, beliau mengajakku jalan mentafakuri alam ciptaan Allah. Beliau adalah perantara Allah untuk membelajarkanku banyak hal. bagaimana bersikap realistis, bagaimana mensyukuri setiap pemberian Allah, bagaimana mendidik diri jauh sebelum anak kami lahir, bagaimana belajar berbuat baik kepada anak sebelum anak kita lahir dan masih banyak lainnya, dan akan semakin banyak.

Jalan-jalan yang kami pilih lebih kepada mentafakuri alam karena membantu kami untuk belajar lebih mensyukuri hidup,

Rabbi habli minasshalihin..

dari beliau, aku belajar cara mengendalikan diri dan emosi yang meluap-luap.
dari beliau, aku belajar cara bersosialisasi yang baik dengan tetangga ataupun dengan siapapun yang kita temui.
dari beliau, aku belajar hidup, hidup manfaat, untuk bekal akhirat.

alhamdulillah, terimakasih Allah, ucapan terimakasih pertama hanya pantas untuk-Mu.
terimakasih, bapak ibuk.
terimakasih, suamiku.
terimakasih, saudara-saudaraku.
terimakasih telah menjadikanku wanita paling bahagia.

_
Apa yang sering kamu lihat dan dengar akan menjadi apa yang sering kamu pikirkan.
Apa yang sering kamu pikirkan akan menjadi apa yang sering kamu ucapkan.
Apa yang sering kamu ucapkan akan menjadi apa yang sering kamu lakukan.
Apa yang sering kamu lakukan akan menjadi kebiasaanmu.
Kebiasaan yang terus dibiasakan akan menjadi karaktermu.
Karakter yang terus dipupuk akan menentukan nasib.
Nasib tentu akan menjadi penentu masa depan juga baik itu dunia maupun akhirat.

Ada kutipan menarik dari Imam Asy Syahid Hasan Al Banna yang berbunyi "Apa yang kamu alami hari ini adalah hasil dari apa yang kamu pikirkan dimasa lalu, dan apa yang kamu pikirkan hari ini akan menjadi masa depanmu". Tentu maksudnya disini secara lebih luas adalah segala sesuatu yang kita pikirkan hari ini, yang sering kita ucapkan, yang sering kita lakukan akan membentuk masa depan kita nanti. Semua berawal dari dua aktivitas yang sangat sederhana yaitu mendengar dan melihat, tapi pengaruhnya sangat luar biasa sekali untuk masa depan kita.

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)

Dalam ayat diatas juga tertera jelas firman Allah SWT kalau kita agar menjaga pendengaran, penglihatan dan hati, diurutan pertama dari perintah Allah adalah pendengaran yang akhirnya diikuti oleh penglihatan kemudian hati. Karena memang bagaimana ucapan, sikap dan tingkah laku seseorang bermula dari apa yang sering dia dengar dan sering dia lihat sebab memang tabiat manusia suka mencontoh apa yang terjadi disekitarnya. Begitu juga sebaliknya jika ketemu seseorang melihat dari caranya berbicara, caranya bersikap, caranya berhubungan dengan orang lain kita tentu tentu bisa menebak apa yang dia dengar dan sering dia lihat. Contohnya banyak, misalnya anak kecil yang dihadapkan pada televisi akan seringkali menirukan adegan dari televisi tersebut.

_elmina_

Dua impian terbesarku saat ini adalah:
1. bisa menjadi istri yang baik untuk suami 
2. bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anak kami. aku bahkan dibelajarkan cara berbuat baik kepada anak jauh sebelum ia dilahirkan. 

Jika dimaknai lebih dalam, intinya adalah saya dan suami harus saling saling-menshalihkan. Kala ujian datang menghampiri, kami hanya perlu membuka kembali surat cinta dari Allah, surat Al-Insyirah. InsyaAllah semua bisa dijalani dengan lapang dada, berujung barakah. Aamiin. 



Tentang Muslimah -Felix Siauw-

Kultweet oleh Felix Siauw

1. bagi lelaki yang taat Allah, hal terpenting dari calon istri kelak | bahwa calon istrinya haruslah yang taat pada Allah melebihi segala

2. karena lelaki itu tahu bahwa ketaatan Muslimah pada Allah | adalah jaminan ketaatan istrinya itu pada suaminya dalam kehidupan

3. maka wajah, suku, keturunan, bisa dinegosiasikan | tapi tidak ada tawar menawar dalam urusan ketaatan

4. wajar pula bila lelaki taat itu mencari wanita yang menutup aurat | karena itu indikasi yang terlihat, tanda-tanda mudah dalam taat

5. atau seorang suami yang sudah bertambah salih, makin dekat Allah | wajar baginya meminta istrinya agar taat Allah dengan menutup aurat

6. pertama, tanda taatnya pada Allah, ia mengajak keluarganya taat | kedua, lelaki normal enggan aurat istrinya diperhatikan lelaki lain

7. namun bagaimana bila situasinya terbalik? | bila suami yang melarang istri menutup auratnya?

8. bila itu yang terjadi, layani suaminya dengan baik, ambil waktu yang tepat | lalu sampaikan penuh kelembutan padanya..

9. "di hari aku menerima pinanganmu, mungkin aku bukan wanita terbaik, tapi aku berharap jadi yang terbaik bagimu.."

10. "di hari ayahku menyerahkanmu kepadamu, aku berharap engkau membimbingku, menuju kebaikan demi kebaikan, kini dan nanti.."

11. "tapi kini aku belajar banyak, bahwa aku mencintaimu karena aku mencintai Allah, karena Allah mencintai kita.."

12. "maka aku padamu tak berubah sejak itu, kecuali bahwa semua rasa ini kujaminkan pada Allah, yang memiliki hati kita berdua.."

13. "sejak aku mengenal Allah, aku tahu beratnya tugasmu atasku, dan aku tak ingin menambah bebannya lagi dengan maksiat dan dosa.."

14. "dengan nama Allah engkau halalkan seluruh aku, tapi tidak dengan lelaki lain, auratku fitnah bagi mereka, dan mereka fitnah bagiku.."

15. "maka ketauhilah, aurat yang kututupkan ini, untuk mata lelaki lain, bukan bagimu, ketaatan pada Allah juga ketaatan padamu.."

16. "bila engkau khawatir aku tak istiqamah lantas melarangku, maka ketahui bahwa ridha dirimu adalah doa bagiku, penguat taatku.."

17. "Allah ada dalam shalatku, maka aku menutup aurat saat shalat, dan Allah juga melihat selain shalat, maka aku pun menutup auratku.."

18. "bila engkau takut aku berubah karena pakaian ini, maka ketauhilah tak ada yang berubah kecuali kebaikan demi kebaikan.."

19. "berkah Allah bagi yang taat, bertambahnya kebaikan, biarlah keindahanku hanya engkau yang tahu, biarlah aku bagimu saja.."

20. "jangan paksa aku memilih, karena ketaatanku pada Allah pasti kudahulukan, namun kutahu engkaupun tahu, maka bantulah aku dalam taat.."

21. "sejak hari engkau menerima ijab ayahku, engkau surga bagiku, dan engkau neraka bagiku, kawal aku dari neraka, pimpin aku ke surga.."

22. Allah Mahabaik, yang akan memudahkan semua niatan baik | tetap istiqamah dalam berhijab dan ketaatan, walau kadang tak mudah :)

3 Hal Penting Yang Mesti Disiapkan Wanita Sebelum Menikah

Oleh: Agus Ariwibowo dalam Elmina

Ibarat akan menempuh perjalanan panjang tentu perlu menyiapkan bekal-bekal yang mungkin akan diperlukan diperjalanan, contohnya jika kita mau travelling ke suatu negara tentu kita akan menyiapkan bekal-bekal perjalanan seperti budget dana yang dibutuhkan selama perjalanan, pakaian selama perjalanan, makanan selama perjalanan, tempat penginapan, camilan selama diperjalanan serta tak lupa juga kamera untuk mendokumentasikan hal-hal indah selama perjalanan.

Sementara pernikahan adalah sebuah perjalanan, berbeda dengan travelling yang anda akan kembali ke tempat asal dalam waktu yang telah ditentukan, sementara pernikahan adalah perjalanan yang tak akan kembali, setelah selesai ijab kabul antara walimu dengan calon suamimu , terucap kata “SAH” dan diamini oleh saksi-saksi, maka dari detik itu perjalanan panjang itu dimulai, perjalanan yang akan dipertanggung jawabkan dunia akhirat, perjalanan yang akan menentukan nasib baik atau buruknya umat masa depan. Untuk menghadapi perjalanan yang begitu panjang, begitu melelahkan ini tentu ada hal-hal penting yang mesti dijadikan bekal atau persiapan oleh setiap muslimah. Sebenarnya jika kita data banyak sekali persiapan-persiapan yang mesti disiapkan, akan tetapi pada saat ini kita akan bahas tiga saja yang menurut kami teramat penting.


Tiga persiapan penting itu adalah:

1. Menyiapkan diri menjadi istri

Setelah resmi akad pernikahan maka disaat itu juga tanggung jawab terhadap dirimu beralih dari orang tua kepada suamimu, jadi setelah menikah ketaatan kepada suamimu jauh lebih utama dari pada ketaatan pada orang tua, patuh kepada suami jauh wajib dari pada patuh kepada orang tua. Ini bukan berarti durhaka pada orang tua, menghormati orang tua tetap jadi kewajiban tapi lebih mendahulukan kewajiban menghormati suami, contoh kasus jika suatu saat orang tua meminta melakukan sesuatu pada istri maka si istri wajib minta izin dulu pada suami.

Belajar memahami cara komunikasi seorang laki-laki, karena cara komunikasi laki-laki dengan perempuan jelas berbeda, contohnya ketika punya masalah laki-laki cenderung memilih diam dan tidak mau berbicara, suami ingin menyelesaikannya sendiri dan baru akan memberi tahu dan menceritakan masalahnya kepada istri. Sementara wanita cenderung akan curhat banyak bicara ketika punya masalah. Kesalahan umum yang sering terjadi adalah  ketika sang istri memperlakukan suaminya seperti wanita berfikir, ketika melihat suaminya punya masalah ia menyerbu dengan berbagai macam pertanyaan maksud dan tujuannya baik ingin menunjukkan perhatian, tapi karena ini bertolak belakang dengan cara berfikirnya akhirnya suaminya malah tidak terima. Belajar dari bunda khadijah disaat suaminya Muhammad Rasulullah SAW pulang dari gua hira dengan kondisi tubuh menggigil ia lansung menyelimutinya dengan selimut yang hangat dan menunggu Rasulullah menenangkan dirinya.

2. Menyiapkan diri menjadi ibu

Siap menikah berarti siap menjadi ibu, menjadi istri dan menjadi ibu itu satu paket yang tidak bisa dipisahkan, terkadang kita miris melihat seseorang yang siap menikah tidak siap menjadi ibu. Ketika sudah menikah maka disaat itu resmilah profesinya menjadi seorang ibu, yang siap mendidik dan mengawal anak-anaknya hingga dewasa. Maka siapkanlah diri untuk menjadi seorang ibu, belajar bagaimana agar bisa menjadi ibu yang baik dan melahirkan generasi-generasi Qur’ani. Ketidak siapan seseorang untuk jadi ibu bisa terlihat ketika melahirkan anak ia malah menitipkan anaknya kepada pembantunya, ia wakilkan tugasnya menyusui anaknya pada “sapi” dengan memberikan susu kaleng pada anaknya. Atau mungkin masih pakai ASI tapi ASI yang dimasukkan kedalam botol, yang mana ASI tersebut diberikan oleh orang lain pada anaknya tanpa emosi, tanpa kasih sayang hanya sebatas menjalankan tugas.

Padahal saat-saat menyusui dengan anaknya selama dua tahun adalah masa-masa emas untuk membangun kedekatan dengan anaknya, menatap mata anaknya, sambil dielus-elus kepalanya sembari dibacakan ayat-ayat suci Al-Quran, sambil diceritakan kisah nabi-nabi dan rasul adalah masa-masa pendidikan yang tak akan terganting oleh secanggih, sehebat atau semahal apapun sekolah didunia ini. Pendidikan itulah yang akan membentuk mental, emosi serta karakternya kelak.

3. Menyiapkan diri menjadi menantu

Dan sesuatu yang penting dipersiapkan terakhir adalah menjadi menantu, setelah menikah tidak lagi ucapan ini ibuku, itu ibumu yang ada hanya kata ibu kita. Sama kewajiban menghormatinya, menghargainya serta mematuhinya. Termasuk juga kepada keluarga-keluraga suami yang lain, bangun hubungan baik dengan mereka, karena sejatinya pernikahan bukan hanya menjalin ikatan antara kamu dan dia, tapi pernikahan adalah menyatukan dua keluarga besar yang berbeda. Dengan membangun hubungan baik pada keluarga suami maka InsyaAllah akan menambah kebarokahan pernikahan tersebut.

Semoga Beramanfaat buat sahabat semua, silakan dibagikan kepada teman-temannya yang lain. InsyaAllah semakin menyebar kelebih banyak orang akan jadi makin baik.

Senin, 13 April 2015

Bangunan Cinta FM

"Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau senangi agama dan akhlaqnya, maka nikahkanlah ia (dengan putrimu). Jika kamu tidak menerima (lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan kerusakan yang luas." 
--HR. Tirmidzi--



Dear Allah, I'm so blessed. Having my imaam guide me.

"Yang penting itu iman, romantis bisa nyusul belakangan." 
--Ridwan, Assalamu'alaikum Beijing--

Bener apa katamu, bang Ridwan :DDD

"Aku mendidik diriku sendiri karena aku ingin mendidikmu jauh sebelum engkau dilahirkan."
--Risci Rusyanawati--

Yaa Habibi, seorang yang kau panggil 'istriku' ini nemu quote cantik:

"Datangi Allah lebih sering dari sebelumnya, lebih khusyuk dari sebelumnya, hingga apapun yang terjadi, itulah yang terbaik dari Allah."

Yuk, setiap saat ingat quote itu. Semoga menjadi penyemangat kita untuk terus memperbaiki diri. Meski raga kita jauh, semoga alunan doa semakin mendekatkan kita.


Be humble, yaa Habibi... 

Rabu, 08 April 2015

Karena Istri Ingin Dimengerti


Saat istri marah, ia belum tentu kesal.
Ia hanya butuh pengertian.

Saat istri menangis, ia belum tentu bersedih.
Ia hanya butuh pelukan.

Saat istri cemberut, ia belum tentu kecewa.
Ia hanya butuh perhatian.

Saat istri cemburu, ia belum tentu iri.
Ia hanya butuh pujian.

Saat istri menolak, ia belum tentu tak mau.
Ia hanya butuh rayuan dan bujukan.

Saat istri lelah, ia belum tentu merasa capek.
ia hanya butuh diajak jalan-jalan.

Saat istri sakit hati, ia belum tentu terluka.
Ia hanya butuh belaian.

Namun...
Saat istri tersenyum, ia belum tentu setuju
Bisa jadi ia sedang berusaha mengerti.

Saat istri tertawa, ia belum tentu bahagia.
Bisa jadi ia sedang berusaha membahagiakan suaminya.

Saat istri diberi hadiah, ia belum tentu senang.
Bisa jadi ia sedang berusaha untuk menghargai.

Saat istri terlihat tegar, ia belum tentu kuat.
Bisa jadi ia sedang mencoba untuk bertahan menghadapi ujian.

Saat istri mengerjakan perintah suami, belum tentu sesuai keinginannya.
Bisa jadi ia sedang berusaha untuk menjadi istri yang taat

Wahai para suami atau calon suami,
selami lebih dalam psikologi pasanganmu.
Karena bisa jadi ada makna di balik setiap kata dan ekspresinya
Ini bukan masalah tidak adanya ketulusan dan keikhlasan.

Namun belajarlah memahami tabi'at seorang wanita yang rela mengorbankan sisa usianya bersamamu. 
Selalu ada pengorbanan dalam membangun cinta.
Namun insyaAllah berakhir bahagia hingga ke surga.

“Semoga kita bisa menjadi pasangan yang salin memahami kekurangan dan kelebihan pasangan kita. Aamiin.”


~Setia Furqon Kholid~