Bismillah..
Dilihat
dari judulnya pasti sudah tahu maksudku. Iya, setelah membaca banyak referensi
tentang efek musik bagi anak-anak, akhirnya aku ingin menuliskannya.
Apakah
kita bisa menguasai dunia? Jawabnya BISA.
Bagaimana
caranya? Adalah dengan menjadi hafidz dan hafidzah.
Dari
maksud di atas, aku sebagai seorang wanita merasa, dari diri inilah akan
terbangun sebuah peradaban. Ibunda adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya,
jadi aku sebagai wanita harus menyadari itu sejak awal. Ketika aku menginginkan
anakku kelak tak kenal musik, aku harus belajar sejak sekarang, detik ini,
untuk meninggalkan musik. Menggantinya dengan lantunan murottal. Aku harus
mampu membangun kebiasaan baik sejak sekarang jika masih menginginkan menguasai
dunia.
Tak
lama beberapa saat yang lalu, aku pun menemukan artikel yang membahas tentang
Doktor Cilik, yang hafidz sejak usia 6 tahun. Aku kembali mengingat diriku pada
usia itu, apakah yang sedang aku lakukan?
Dari
situ aku bercermin, aku ingin mengubah kebiasaan itu. Hal ini sangat memotivasiku untuk mengubah cara pendidikan anak (tarbiyatul aulad) yang pada umumnya di Indonesia ini justru jauh dari pemahaman agama. Ibunda si Doktor Cilik selalu memperdengarkan murottal sejak anaknya masih dalam kandungan, dan berlanjut setelah anaknya lahir ke dunia. Hasilnya, seperti yang bisa kita lihat sekarang ini, anaknya hafidz, subhanallaah...
Bimbing
aku Rabbi, semoga aku mampu menjadi sebaik-baik wanita. Kalaupun peran Ibu
Rumah Tangga itu sangat mulia dan mampu mendekatkan aku padaMu, bantu aku
memahamkan orang tua tentang hal ini.
Selain terinspirasi cara tarbiyatul aulad dari
orangtua beberapa hafidz, aku berpikir bahwa musik dapat mengeraskan hati
sehingga hati enggan untuk mendekatkan diri kepada ALLAH maupun kepada
Al-Qur’an. Bahkan musik dapat mempercepat menghilangkan hafalan kita, karena
musik dan Al-Qur’an tak akan bisa menyatu.
Rasulullaah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda,
“Sungguh
akan ada di antara umatku, kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr dan
musik.”
[HR. Bukhari dan Abu Dawud]
Imam Syafi’i dalam kitab Al Qodho’ berkata,
“Nyanyian adalah kesia-siaan yang dibenci,
bahkan menyerupai perkara batil. Barangsiapa memperbanyak nyanyian maka dia
adalah orang yang dungu, kesaksiannya tidak dapat diterima.”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar