Kepada engkau yang tangis dan
tawaku atas izinmu,
Assalamualaikum wr. wb.
Bismillah.
Tahukah
engkau bahwa aku di sini selalu menantimu? Dapatkah kita segera berjumpa? Rindu
ini sudah membuncah ingin tertumpah, sungguh.
Bagaimana
kehidupanmu di sana? Baik saja? Itu jawaban yang sangat kuharapkan, bahwa
engkau selalu baik saja, dalam naungan cinta-Nya.
Kau
sedang apa? Sedang menikmati aktivitasmu bukan?
Kalaupun engkau sedang tak baik, semoga dalam kondisi apapun engkau tetap dalam Iman, Islam, Ihsan pun tak terlepas sedikitpun dari barokah-Nya.
Kalaupun engkau sedang tak baik, semoga dalam kondisi apapun engkau tetap dalam Iman, Islam, Ihsan pun tak terlepas sedikitpun dari barokah-Nya.
Hidup
itu memilih, benar?
Sepenuhnya
aku percaya bahwa engkau tak sekedar hidup, karena semua makhluk juga hidup,
namun engkau pasti memilih untuk lebih dari sekedar hidup, yakni bermanfaat.
Pun
sepenuhnya aku percaya dengan sikapmu yang senantiasa istiqomah dengan
keteguhan, keyakinan dan bertanggungjawab setelah kau ucap janji setia di
hadapan waliku.
Aku dengan penuh keyakinan berucap bahwa engkau lebih sabar dariku dalam penantianmu.
Dalam
syahdu setiap malamku, sebelum subuh menjelang di hadapan kita, pada waktu yang
sama namun berbeda tempat, aku selalu berdoa agar engkau lekas hadir dalam
pelukku dan segera berkumpul bersama keluarga kecil kita, di istana anggun
penuh tawa. Aamiin.
Kala
waktu itu tiba, bukalah kunci suratku, lalu peluklah seerat mungkin
rindu-rinduku yang sekian lama menantimu.
Aku
hanya telah, akan dan selalu merindukanmu, sekalipun engkau telah muncul di
hadapanku.
Aku
percaya, dan penuh takzim aku menjadi makmummu.
Kepada engkau yang tangis dan tawaku atas izinmu,
Selalu ada namamu dalam doa yang tak putus-putus.
Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu.
Istana
anggun penuh tawa,
Jogja, 12 Juni 2013

Tidak ada komentar:
Posting Komentar