Rabu, 12 Juni 2013

Surat Maryama

Kepada engkau yang tangis dan tawaku atas izinmu, 

Assalamualaikum wr. wb.
Bismillah.

Tahukah engkau bahwa aku di sini selalu menantimu? Dapatkah kita segera berjumpa? Rindu ini sudah membuncah ingin tertumpah, sungguh. 

Bagaimana kehidupanmu di sana? Baik saja? Itu jawaban yang sangat kuharapkan, bahwa engkau selalu baik saja, dalam naungan cinta-Nya. 
Kau sedang apa? Sedang menikmati aktivitasmu bukan? 
Kalaupun engkau sedang tak baik, semoga dalam kondisi apapun engkau tetap dalam Iman, Islam, Ihsan pun tak terlepas sedikitpun dari barokah-Nya. 

Hidup itu memilih, benar? 
Sepenuhnya aku percaya bahwa engkau tak sekedar hidup, karena semua makhluk juga hidup, namun engkau pasti memilih untuk lebih dari sekedar hidup, yakni bermanfaat.  
Pun sepenuhnya aku percaya dengan sikapmu yang senantiasa istiqomah dengan keteguhan, keyakinan dan bertanggungjawab setelah kau ucap janji setia di hadapan waliku. 
Aku dengan penuh keyakinan berucap bahwa engkau lebih sabar dariku dalam penantianmu. 

Dalam syahdu setiap malamku, sebelum subuh menjelang di hadapan kita, pada waktu yang sama namun berbeda tempat, aku selalu berdoa agar engkau lekas hadir dalam pelukku dan segera berkumpul bersama keluarga kecil kita, di istana anggun penuh tawa. Aamiin. 

Kala waktu itu tiba, bukalah kunci suratku, lalu peluklah seerat mungkin rindu-rinduku yang sekian lama menantimu. 

Aku hanya telah, akan dan selalu merindukanmu, sekalipun engkau telah muncul di hadapanku. 


Aku percaya, dan penuh takzim aku menjadi makmummu.
Kepada engkau yang tangis dan tawaku atas izinmu,
Selalu ada namamu dalam doa yang tak putus-putus.
Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu.




Istana anggun penuh tawa,
Jogja, 12 Juni 2013




Tidak ada komentar:

Posting Komentar