Sabtu, 28 Juni 2014

Sepanjang Jalan Kenangan

Sepanjang jalan kenangan kita slalu bergandeng tangan..
Sepanjang jalan kenangan kau peluk diriku mesra..
Hujan yang rintik-rintik di awal bulan itu..
Tak mungkin lepas dari ingatanku...

Yak, lagu baheula itu yang otomatis saya nyanyikan saat saya mengendarai sepeda melaju menuju arah selatan, jalan panjang yang menjadi kenangan, menuju tempat peristirahatan terakhirnya tuttot.


Pagi menjelang siang ini, mencoba memaksa hati untuk bersih-bersih otomatis. 

Caranya? 

Silaturahim sama murobbi!

Hahaha, beginilah cara saya untuk kembali kepada sadarnya diri dan realita hidup. Karena seringkali, mempertahankan yang tidak seharusnya akan membuat kita buta dalam banyak kesempatan. Maka saya harus membuka kembali mata saya. Buka lebar!

Mengapa memilih silaturahim sama mr?

Tipe mr saya yang sekarang ini memang so talkative. Jadi ya kalau saya ngomong dikit, tanggapannya bisa sangat panjang kalikan lebar kalikan lagi tinggi. Tak jarang beliaunya jadi sharing pengalaman yang sejenis trus nyerempet-nyerempet masalah lain terus terus terus...hahaha...

Satu yang pasti sih. Tipenya kayak Mba Mafi. Tiap ucapannya jleb bingit bingit buat saya. 

BUAT WANITA (DARI KAUM PRIA)

Bismillah.
Entah dari mana saya dapatkan note ini. Ketika saya utak atik file dalam leppi, nemu note ini, yang sudah sekian lama bersemayam disitu, dan saya lupa dulu copas dari mana ~.~
Saya coba share karena saya merasa pernah ngalami ini dan ada yang bilang mirip-mirip begini pada saya ~.~


Kami tahu, kalian para wanita sungguh sebenarnya menghargai usaha yang kami lakukan. dan yang kalian harus tau, kami selalu bersungguh-sungguh untuk orang yang kami sayangi! hanya saja kami butuh kalian tersenyum ketika kami merasa lelah, hampir putus asa, dan sungguh kami akan kembali mngerjakan itu untuk kalian. semua! hanya karena kalian...


dan ya! kami pun tahu. bahwa ketika kalian hanya diam dan meperlihatkan bahwa kalian bosan, kalian ingin kami tetap sabar. tapi kami tidak mau terlihat tidak bisa mengerti kalian dengan mengajukan pertanyaan "jadi maunya gimana?". kami akan diam sesaat, dan berpikir apa yang bisa membuat senyum kalian kembali lagi? karena senyum kalian yang menghidupkan hidup kami, sungguh! semua hanya karena kalian.


Kami sebenarnya pun tahu. bahwa kalian senang jika kami menulis kata-kata romantis seperti di film2 korea yang kalian tonton. kalian berangan-angan bahwa hal yang terjadi di film itu terjadi dalam kehidupan kalian? (*ya kan?). tapi justru karena kalian sering mengangan-angankan hal itu, kami tidak melakukan itu untuk kalian, kami berpikir keras, memutar otak menyiapkan kejutan yang bahkan tidak terpikir di angan2 kalian, untuk melihat kalian tersenyum, sungguh! semua hanya karena kalian..

Rabu, 25 Juni 2014

Nyaris...

Momen penting sebelum Ramadhan yang terlewatkan begitu saja, ah membuat pilu. Sungguh pilu. Hanya selang beberapa hari, izin itu turun. Yaa Rabb, jika kesabaran kami lebih luas sedikit saja, pasti akan ada akhir yang berbeda. Namun sepertinya Engkau tak ridho dengan akhir yang kuinginkan. Aku familiar sekali dengan kata-kata "nyaris" "hampir" dan kawan-kawannya. Iya, nyaris sekali aku terjerembab dalam mudharat yang lebih besar karena ketidaktahuanku. Aku tetap menjalani sesuatu padahal menurut Allah itu tidak baik, namun aku tak sadar akan itu. Hampir saja kami sekeluarga terjebak dalam kemudharatan yang lebih besar, andai saja Allah tak hentikan paksa aktivitasku. Iya, karena aku tidak dengan sukarela menghentikannya, maka Allah bertindak dengan caranya, yang kurasa tepat jika menggunakan kata 'paksa'. 

Allah 'memindahkanku' paksa dari gelap ke terang. Iya, aku mencoba berhikmah. Allah Maha Adil, bukan? Pasti memberikan balasan setimpal pada setiap hamba-Nya. Maka, berhati-hatilah dengan janji, sebisa mungkin harus ditepati. Kalau enggak, bakal ditagih nanti...


Kamis, 19 Juni 2014

Saat Memejamkan Mata, Dia Ada

Harus gimana ya saya ceritanya, soalnya saya maluuu banget. Bukan pengalaman yang mengesankan, tapi full hikmah, terutama bagi saya sih. Begini, anu, eeeng~

Besok aja ya, ketika saya sudah benar-benar move on. Tidak mudah melalui segala sesuatunya saat seperti ini. Inginnya selalu memejamkan mata aja, supaya dia ada.

*mejamin mata lamaaa*

*ketiduran*

La Tahzan

Samson Rahman :
Segala puji dan syukur bagi Allah Rabb alam semesta. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan kita, Muhammad Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya. Wa Ba'du.

Jika kita membaca buku-buku self-help, buku-buku petunjuk cara hidup, nuansa yang akan kita dapatkan dalam buku-buku itu adalah bagaimana kita mencapai kesuksesan dunia, atau lebih tepatnya kesuksesan materiil. Hal ini banyak kita dapatkan dalam buku-buku yang ditulis oleh para penulis barat yang memang hanya berorientasi pada materi semata. 

Coba baca buku-buku yang dianggap sangat berpengaruh dan menjadi best seller semisal, The Magic of Thinking Big, karya David J.Schwart, How to Stop Worrying and Start Living, karya Dale Carnegie, Speech Can Change Your Life, karya Dorothy Sarnoff ataupun buku The Seven Habits of Highly Effective People, tulisan Steven R. Covey, Anda akan dapatkan petunjuk-petunjuk praktis ke arah kebahagiaan yang lebih cenderung duniawi daripada ukhrawi. Allah dan akhirat tidak menjadi bagian paling penting dalam kajian-kajian mereka. Di sinilah, menurut orang-orang yang beriman, letak kekurangannya meski karya-karya mereka enak dibaca. Sisi kerohaniannya terasa begitu kering. 

Berbeda tatkala kita membaca buku La Tahzan yang ditulis oleh Dr. 'Aidh al-Qarni. Buku ini sangat padat dengan nuansa rabbani tanpa mengesampingkan sisi-sisi duniawi. Kita seakan diajak untuk menatap dunia ini dengan pandangan yang seimbang. Kita diajak untuk menjadi idealis dengan tetap realistis, menjadi duniawi dan ukhrawi sekaligus, mempersiapkan kehidupan masa kini namun tak lupa masa depan, diajak bekerja dengan keras dan diajak pula beristirahat.

Tulisan dalam buku ini menunjukkan kepada kita bagaimana harus meniti jalan kehidupan dan membangun kehidupan yang bahagia dengan berpedoman pada satu kata "La Tahzan", jangan bersedih. Kita akan menjadi manusia masa kini yang bekerja pada hari ini dengan mencurahkan segenap kekuatan dan pikiran yang ada dengan keyakinan bahwa hasil akhirnya kita serahkan kepada Allah. Dunia ini akan menjadi sangat indah jika kita menikmatinya dengan senyuman, bukan dengan muram durja serta kesedihan yang berlarut-larut. Akan lahir dari diri kita simpati dan empati kepada orang lain, rasa peduli kepada sesama, dan yang lebih penting kedekatan dengan Sang Maha Pencipta. 

Senin, 09 Juni 2014

Yang Diperbuat Keimanan

"Keimanan akan menumbuhkan kecintaan pada apa-apa yang membuat Allah ridha. Keimanan akan membuat segala hal tampak indah sebagai ibadah. Melapangkan jiwa, meluaskan dada, mengasahkan peka, menarikan angan ke ketinggian, menguatkan akal, dan menajamkan firasat. Menyegarkan, menyejukkan, mencenungkan, menceriakan, mewarnai pelangi, dan menggerakkan perbaikan. Itulah yang diperbuat keimanan." 

(Salim A. Fillah)

Tentu Awalnya Sangat Berat

Pernah saya berpikir bahwa pasti saya akan baik-baik saja tanpa adanya dia. Waktu itu dia adalah sosok paling setia yang pernah saya kenal. Waktu itu saya belum pernah merasakan kepergiannya. 
Kini saya berpikir bahwa ternyata saya tidak baik-baik saja. Sekarang dia sosok paling tidak setia yang pernah saya kenal. Sekarang saya merasakan kepergiannya. 

Hal paling menyesakkan adalah bahwa ternyata perkiraan saya dahulu berbeda dengan kenyataan kini. Saya salah. Saya pikir saya bisa tanpa dia, tapi ternyata tidak, saya tidak baik-baik saja dengan kepergiannya. 

Lalu saya harus bagaimana?
Hanya satu jawabannya : melaluinya. Meski dengan berat hati, meski dengan sakit hati, meski dengan bersusah payah, saya cuma harus melaluinya. Allah tak akan memberi ujian melebihi batas kemampuan hambaNya.


Tentu awalnya sangat berat. Sangaaaaat beraaaaat! Impian yang sudah sedemikian rupa dibangun, tiba-tiba harus berubah. Tapi saya harus yakin, bahwa apapun itu pasti yang terbaik dari Allah. Kita manusia memang mempunyai cara untuk mewujudkan impian, tetapi Allah paling tahu mana cara terbaik untuk mewujudkan impian kita. Jadi, tak perlu berkeluh kesah, tak perlu meratap. Cukup disyukuri saja dan Allah pasti akan menambah nikmatNya, inshaaAllah. 

"Menangislah sampai kau puas, lalu kembalilah bergerak. Dunia tidak akan berhenti menunggu tangismu. Jangan pernah menyerah untuk hidupmu! Kau tahu atau tidak, dunia tidak semudah yang kau pikirkan. Bahkan jika kau terus menderita, bahkan jika kau merasa seperti akan mati karena ketidakadilan, dunia tidak peduli itu."

Lihatlah dunia lebih luas lagi, mereka membutuhkan kita. 
Saya paling tidak bisa menyakiti hati anak-anak. Ketika berhadapan dengan anak-anak, saya harus terus tersenyum, sesempit apapun hati saya kala itu. Saya tak pernah ingin menyakiti hati anak-anak dengan sakit hati yang saya rasakan. Cukup simpan sedih ini rapat-rapat, semoga mereda. 

Sabtu, 07 Juni 2014

ODOJ Spirit Message (OSM) 080614

Sahabat....
Pernahkah berfikir, merenung, dan mungkin juga bertanya mengapa Allah, Tuhan yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, selalu merahasiakan "Masa Depan?"
Kenapa Allah tidak memberitahukan secara langsung kepada kita semua tentang masa depan itu.

"Ini lho masa depanmu"
"Ini lho perjalanan kehidupanmu"
"Ini lho akhir kehidupanmu dan seterusnya"

Padahal hal itu sangatlah mudah bagi Allah.
Ternyata dibalik itu semua, ada pembelajaran dari Allah untuk kita, ada maksud tertentu dari Allah untuk kita, dan ada tujuan2 tertentu dari Allah untuk kita...

Ketahuilah, bahwa Allah merahasiakan Masa Depan  SESUNGGUHNYA agar kita sebagai hamba-Nya selalu mempunyai  prasangka baik, berhuznudzon, berencana baik, berusaha dengan usaha yang terbaik, lalu kita bersabar dan bersyukur atas itu hingga pada saatnya nanti Allah yang akan menentukan dan juga memberikan hasil terbaik dari usaha-usaha  yang telah kita lakukan.

Tetaplah bersemangat untuk membumikan Alqur'an, dan Melangitkan Manusia, dan selalu perhatikan perubahan apa yang terjadi pada dirimu setelahnya.

Salam MANTAB MULIA, Bermanfaat, Bermartabat, Mulia ...!!!
Agus Heru Pitoyo ~ Divisi Training Motivasi ODOJ


Jumat, 06 Juni 2014

Dipersalahkan? Jangan Mengeluh!

Bismillah, semoga kata-kata yang keluar dari mulut saya, Allah ridho. Saya belajar dari seorang kawan, bahwa ketika kita akan mem-posting sesuatu (di media apapun), pikirkan dulu 3 hal :

Apakah itu benar?
Apakah itu baik?
Apakah itu penting?

Jika kita sudah menganalisa ketiga hal tersebut, bangkitlah dari pemberhentian sejenakmu. Posting-lah ilmu (yang semoga manfaat) setelah melalui 3 filter tersebut.

Dengan menerapkan konsep tersebut, saya berusaha berbagi tentang apa yang saya alami akhir-akhir ini. Saya berada dalam posisi yang selalu salah. Katakanlah ada pihak A dan pihak B. Saya berada di antara keduanya. Dalam lubuk hati terdalam saya, saya merasa bahwa saya harus mundur dan mengalah dari kedua pihak tersebut, namun fisik saya belum bisa merealisasikan kemauan hati. Jadilah saya tetap berada di antara A dan B. Berjalannya proses, saya menyadari bahwa keberadaan saya adalah beban bagi keduanya. Maka, saya putuskan untuk mundur teratur. Saya mengalah, namun tidak berarti kalah. Saya relakan semua yang telah saya perjuangkan. Saya ikhlaskan A untuk B.

Waktu berjalan, saya merasa sendirian. Ah tidak! Sahabat-sahabat saya berdatangan silih berganti, menguatkan saya. Nasehat mereka selalu tak jauh dari kata “ikhlas”. Mudah berucap, namun prakteknya sulit sekali. Namun karena saya ingat Allah, ingat ibuk, ingat sahabat-sahabat yang tanpa henti menyemangati, saya berazzam saya harus bisa.

Kamis, 05 Juni 2014

Dia Yang Tak Pernah Pergi, Bernama SAHABAT

Di dunia ini, dalam hidup ini, terlalu banyak hal yang bisa disyukuri. Banyaaak sekali. Allah memberikan banyak sekali hal yang bisa kita syukuri. Syukur akan nafas kita, syukur akan kesehatan fisik kita, syukur akan indahnya alam semesta dipandang mata, tak lupa syukur akan sahabat-sahabat bijak yang Allah berikan pada kita.

Keberadaan sahabat sangat penting dalam hidup. Karena sahabat sejatilah yang sejatinya selalu ada, dalam kondisi baik kita, maupun kondisi terburuk sekalipun. Sahabat untuk berbagi, senang bahagia pun duka kesedihan. Ia yang tak pernah pergi, bernama SAHABAT. Maka, nikmat Tuhan mana lagi kah yang kamu dustakan?

Izinkan aku berbagi bahagia tentangnya yang bernama SAHABAT. Keluasan rahmat Allah yang memberi sahabat, pantaskah untuk tidak kita syukuri?

Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah...


Saat aku terpuruk, sosok inilah yang selalu hadir terdepan tercepat mengusap airmataku. Nasehat-nasehatnya selalu kunantikan. Dialah yang kupercaya, yang tidak akan berkhianat.

Senin, 02 Juni 2014

Nilai Sahabat

Ya, saya memang sedang mengalami booming virus jaman sekarang, gagal move on. Ini bukan bercanda. Ternyata begini rasanya kegalauan anak-anak muda Indonesia, hihihi. Saya memang bukan seorang yang menganut ajaran 'galau', tapi toh bukan berarti saya tak pernah merasakan virus yang sedang merajalela ini. Saya hanya khilaf, saya lupa diri, sungguh. Buktinya, saya masih bisa tertawa lebar, hahaha...

Khilaf, lupa diri, entah karena apa. Mungkin karena sampah materialistis yang sekian lama menjejali otak saya, sehingga keluhuran nilai semacam itu terasa menakjubkan. Seiring dengan pengalaman menyesakkan ini, terlintas kisah-kisah heroik sahabat. Sahabat rasul, maupun sahabat saya, wkkwk. Dalam kasus dan masalah-masalah saya, keberadaan sahabat adalah sangat berarti. Ada banyak kisah pula yang semakin menguatkan bahwa ‘sahabat adalah seorang yang mengajak kita terbang saat kita lupa bagaimana cara mengepakkan sayap’.

Salah satunya kisah yang termuat di buku Memoar Hasan Al-Banna (diterbitkan Era Intermedia). Ada sepasang sahabat di Mesir yang terlibat dalam perdebatan keras. Apa pasalnya? Sangat unik! Dikisahkan bahwa si A hendak membeli barang yang dijual oleh si B. Si B, karena merasa yang membeli adalah sahabat dekatnya, bersikukuh hendak memberi diskon. Lucunya, si A, karena merasa membeli barang dagangan dari sahabatnya sendiri, bersikeras hendak membeli dengan harga lebih, agar keuntungan yang diterima sahabatnya itu bertambah banyak. Setelah berdebat, akhirnya mereka sampai pada kesepakatan untuk jual-beli sesuai harga, tanpa diskon, tanpa harga lebih.

Subhanallah... 
Kejadian ini memaksa saya untuk berkaca. Saat ini, jika saya memiliki sahabat, saya justru menganggap bahwa ini keuntungan buat saya. "Kasih diskon lebih dong," begitu kata saya kalau membeli sesuatu darinya. Atau, kadang malah, "gratisin yaaa?"

Sementara, di kisah-kisah mulia yang digoreskan dalam lembaran sejarah, kita juga mengenal berbagai kisah mendebarkan tentang para sahabat yang justru lebih mengutamakan sahabat lainnya.

Di antara korban yang berjatuhan di Perang Yarmuk, Hudzaifah al-Adwiy berusaha mencari keponakannya dengan membawa seteko air. Akhirnya, dia menemukan kemenakannya tengah tergeletak dalam kondisi luka parah. Hudzaifah berlutut, dan memberinya minum. Namun, baru saja kemenakannya itu hendak minum, terdengar suara erangan dari sampingnya. Spontan si kemenakan menunjuk ke arah sosok yang tengah mengerang itu, memberi isyarat kepada Hudzaifah untuk memberikan minumnya kepada sosok itu.
Hudzaifah pun bergeser ke arah sosok yang mengerang itu, yang ternyata sedang kehausan, yang tak lain adalah Hisyam bin ‘Ash. Akan tetapi, baru Hisyam hendak minum, kembali terdengar suara mengaduh dari arah lain. Hisyam spontan memberi isyarat kepada Hudzaifah untuk memberikan minumnya kepada orang tersebut. Hudzaifah menurut dan bergerak, namun saat sampai ke lokasi, ternyata orang tersebut telah meninggal. Lantas, ketika kembali ke Hisyam, lelaki itu pun telah meninggal, demikian pula sang kemenakan, sementara teko berisi air di tangan Hudzaifah masih utuh.

Kita juga teringat akan kisah Abu Bakar Ash-Shidiq yang menemani Rasulullah SAW dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Saat itu, mereka dikejar-kejar pasukan Kafir Quraisy, sampai mereka kemudian menemukan sebuah gua untuk bersembunyi. Karena masih ada waktu, Abu Bakar pun masuk terlebih dahulu untuk membersihkan gua. Mereka pun masuk saat gua bersih. Namun, saat ada di dalam, Abu Bakar melihat ada satu lobang yang belum ditutup. Khawatir bahwa lobang itu adalah sarang ular yang membahayakan sahabat tercintanya, Rasulullah SAW, Abu Bakar pun menutup lubang itu dengan ibu hari kakinya. Dan, ternyata benar, seekor ular berbisa mematuk ibu jari kaki Abu Bakar.

Derajat persahabatan zaman ini mungkin belum sampai pada taraf tersebut, yang oleh para ulama dinamai dengan itsar, yang menurut para ulama dimaknai sebagai: “Mementingkan orang lain atas diri mereka sendiri”. Akan tetapi, karena sifat inilah, Kaum Anshor dipuji oleh Allah dan diabadikan dalam Al-Quran. 

"Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. al-Hasyr: 9)


Jadi, tidakkah kita menginginkan pujian Allah juga tercurah kepada kita?


TIDAK ADA KEBAIKAN YANG MERUGI

Pernah sakit hati? Pernah bersedih? Pasti.
Untuk kejadian yang menimpa saya kali ini, ada sekeping hati yang tak rela. Namun teringat kembali dengan nasehat Ibn al-Qoyyim berikut :

When Allah tests you, it is never to destroy you. When He removes something in your possession, it is (only) in order to empty your hands, for an even greater gift!

Hal apapun yang Allah hilangkan dari pandangan mata kita, tidak selalu berarti benar-benar menghilang, karena itu lebih bisa diartikan dengan “Allah menggantinya”, tanpa sepengetahuan kita.
Mungkin ada di antara kita yang berpikir bahwa seseorang menjadi tidak tahu berterimakasih atas apa yang sudah kita lakukan kepadanya, dengan meninggalkan kita di belakang. Namun lagi-lagi Asma Nadia mengingatkanku dengan #twitografi nya tentang makna #ikhlas :

Tidak ada kebaikan yang merugi, bahkan jika tak ada satu manusia pun berterima kasih.

Sepayah apapun kita membantu seseorang pada masa lalunya, kemudian orang itu menghilang dari pandangan kita, biarkan. Biarkan Allah yang membayar, pada kita, dan padanya.
Karena bahagia itu sederhana, dengan saling memaafkan dan memberikan senyuman, hingga canda tawa kembali berkawan.
Manusia punya keterbatasan, tapi kuasa Allah tanpa batas, Maha adil Maha Perkasa :)