Jumat, 06 Juni 2014

Dipersalahkan? Jangan Mengeluh!

Bismillah, semoga kata-kata yang keluar dari mulut saya, Allah ridho. Saya belajar dari seorang kawan, bahwa ketika kita akan mem-posting sesuatu (di media apapun), pikirkan dulu 3 hal :

Apakah itu benar?
Apakah itu baik?
Apakah itu penting?

Jika kita sudah menganalisa ketiga hal tersebut, bangkitlah dari pemberhentian sejenakmu. Posting-lah ilmu (yang semoga manfaat) setelah melalui 3 filter tersebut.

Dengan menerapkan konsep tersebut, saya berusaha berbagi tentang apa yang saya alami akhir-akhir ini. Saya berada dalam posisi yang selalu salah. Katakanlah ada pihak A dan pihak B. Saya berada di antara keduanya. Dalam lubuk hati terdalam saya, saya merasa bahwa saya harus mundur dan mengalah dari kedua pihak tersebut, namun fisik saya belum bisa merealisasikan kemauan hati. Jadilah saya tetap berada di antara A dan B. Berjalannya proses, saya menyadari bahwa keberadaan saya adalah beban bagi keduanya. Maka, saya putuskan untuk mundur teratur. Saya mengalah, namun tidak berarti kalah. Saya relakan semua yang telah saya perjuangkan. Saya ikhlaskan A untuk B.

Waktu berjalan, saya merasa sendirian. Ah tidak! Sahabat-sahabat saya berdatangan silih berganti, menguatkan saya. Nasehat mereka selalu tak jauh dari kata “ikhlas”. Mudah berucap, namun prakteknya sulit sekali. Namun karena saya ingat Allah, ingat ibuk, ingat sahabat-sahabat yang tanpa henti menyemangati, saya berazzam saya harus bisa.

Saya benar-benar di titik terendah hidup saya ketika kehilangan proses itu. Namun, membuat orang lain bahagia juga berpahala. Saya putuskan untuk membiarkan orang lain bahagia di saat saya menderita. Tapi, saya tidak akan membiarkan derita ini berlangsung lama. Saya kencangkan ikat kepala, melanjutkan odoj seoptimal mungkin, untuk mengalihkan dunia ballad saya. Ya, sedikit berangsur hati saya membaik. Saya paksakan terus untuk tilawah, saya paksa. Efeknya adalah saya bercucuran airmata namun perasaan hati berangsur membaik.

Di saat hati saya dalam kondisi pertengahan, muncul kembali A dan B. Untuk apa lagi mereka melibatkan saya? Pikir saya. Ternyata, saya dipersalahkan. Iya, saya dipersalahkan. Mereka menyesal mengenal saya dengan beberapa alasan.
Bibir saya hanya bisa berucap ‘astaghfirullahal’adzim...’ berulangkali. Kembalikan semua kepada Allah.

Apakah saya menyesal? TIDAK! Saya tidak menyesal mengenal mereka. Allah pasti ingin memberikan hikmah yang luar biasa kepada saya, melalui mereka. Allah tidak akan hadirkan seseorang tanpa ada hikmah dibaliknya. Aku yakin bahwa ujian ini bukti bahwa Allah benar sayang pada saya. Allah tidak membiarkan saya dalam keterlenaan. Allah menguji saya, karena Allah tahu saya mampu.

Mengeluh tidak akan memperbaiki keadaan. Semakin kita mengeluh, hidup bakal terasa semakin berat. Berprasangka baiklah kepada Allah, niscaya hidup akan terasa lebih ringan. Percaya saja bahwa semua keputusan-Nya sudah yang terbaik bagi kita. Ingatlah, positive thinkers have positive life, negative thinkers have negative life as well. Serahkan kembali semua kepada Allah.

Apapun yang menimpamu, jangan disesali. Semua ada hikmahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar