*******noted*******
by Bunda Mita on Saturday, August 28, 2010 at 12:27pm
Kala itu, bayangan sosok calon suami yang soleh menari-nari di depan mata. Dia yang nantinya akan menemani malam-malam terakhirku dalam bermunajat kepada Allah. Yang akan membacakan ayat-ayat suci al-qu'ran saat kurebahkan badan ini dipangkuannya...
Atau sebaliknya, saat dia merasakan penat, lelah, cape setelah seharian terkurung dalam aktifitas kerja, dia merebahkan badannya dipangkuanku, dan lantunan ayat-ayat suci terdengar lirih ditelinganya, sambil sesekali kuelus rambutnya dengan mesra...
Subhanallah, Maha Suci Allah, impian yang begitu indah...
Atau kehidupan rumah tangga yang selalu diwarnai dengan keikhlasan, kegembiraan, dan kepasrahan diri kepada Allah, seperti kisah Ummu Sulaim yg berdandan secantik mungkin, dan melayani Abu Talhah ketika malam itu, padahal anak mereka berdua telah dipanggil kembali oleh sang pemilik-NYA. Namun atas kepandaian Ummu Sulaim dalam membawakan berita kesedihan itu, Abu Talhah pun ikhlas menerima kepergian anaknya, dan tanpa ada rasa marah terhadap Ummu Sulaim yang lebih mementingkan pelayanan terhadap Abu Talhah, ketimbang berita kematian sang buah hati mereka tercinta...
Dan setumpuk angan-angan untuk bisa membahagiakan suami secara lahir dan batin, tunduk dan taat terhadapnya, mewarnai ikhtiarku kala itu.
Dan Atas kehendak Allah, aku bertemu dengan sosok pria yang begitu pas (menurutku). Hari-hari kami lewati, niatan suci untuk menikah telah dicanangkan. Begitu riang hati ini, hmmm...cita-citaku akan terwujud sebentar lagi, begitu pikirku...
Segala sesuatu telah direncanakan, disusun rapi, dan...
Allah berkehendak lain...
kami pun berpisah...
Waktupun bergerak sesuai irama, bayangnya tak mampu aku tepiskan dari hidupku...
Ku lihat, tubuhku semakin ramping saja
ku lihat, kesehatanku semakin menurun
pikiranku hanya tertuju padanya...
MIS
Bersatu denganmu tidaklah pasti
berharap menjadi istrimu suatu hal yang tidak mungkin
Tetapi kematianku adalah hal yang pasti
dan akan datang setiap saat, tanpa harus aku rancang dan rencanakan
kan kubawa rasa sedih ini bersama jasadku di alam yang gelap
biarkan kubawa cintaku ini sampai tanah melumat habis tubuhku...
Biarlah segala impian yang aku miliki, terkikis habis bersama sirnanya kehidupanku didunia...
biarlah...
biarlah...
biarlah...
dirimu bahagia bersama pilihanmu dan tentu pilihan yang terbaik dari ALLAH...
*******end noted*******
Tulisan di atas adalah catatan sahabat tahun 2010 silam. Dulu entah dengan alasan apa saya menyimpannya. Tapi kini, saya paham sekali isi tulisan, bahkan saya bisa merasakan berada di posisi itu.
Baiklah,
Ku bersyukur dapat bertemu dengannya,
dengan segala keteduhan yang terpancar dari sorot matanya,
dengan segala keindahan yang terucap dari lisannya,
dengan segala ketenangan yang terlihat dari tutur katanya,
dengan segala kebaikan yang terlihat dari budi pekertinya...
Dan...
Allahpun Maha Tahu...
Belum saatnya aku berlabuh di pantainya yang sejuk, tenang dan penuh kedamaian...